tag:blogger.com,1999:blog-297889482024-03-08T02:55:26.848-08:00... .. . Resensi Buku IslamSitus ini memuat informasi tentang buku buku Islam. Resensi dan ringkasan buku buku Islam yang insya Allah bermanfaat buat para pembaca.Unknownnoreply@blogger.comBlogger60125tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-66148058676587637002022-07-16T01:22:00.001-07:002022-07-16T01:22:20.390-07:00Kitab Ilmu<p>... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br />Judul : Kitab Ilmu<br />Penulis : Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir Abdat<br />Penerbit : Maktabah Mu'awiyah bin Abi Sufyan<br />Cetakan : Pertama 1443 H/ 2021 M<br />Halaman : 216<br />Dimensi : 16 cm x 25 cm<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1nbr1fS_PKVKmq6h2ESZlqjfwhq1XRutiuxm9RcAOGfbYKftqt62Y7T-ykGIUg08z7pZx0emxWjNEAsSBBkUi374YtERW85DwCMvn9BwQ9mHGLUKpdCpC0LR5wPAtFKOcQMWSqEXE-311ut0fO9O8472X9aXIUwszZiPJC8ZarYazvVBkSOE/s3167/IMG_20220716_151827.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3167" data-original-width="2000" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1nbr1fS_PKVKmq6h2ESZlqjfwhq1XRutiuxm9RcAOGfbYKftqt62Y7T-ykGIUg08z7pZx0emxWjNEAsSBBkUi374YtERW85DwCMvn9BwQ9mHGLUKpdCpC0LR5wPAtFKOcQMWSqEXE-311ut0fO9O8472X9aXIUwszZiPJC8ZarYazvVBkSOE/s320/IMG_20220716_151827.jpg" width="202" /></a></p><p>Buku ini merupakan satu dari rangkaian trilogi yang ditulis oleh seorang ustadz pakar hadits, Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullah. Rangkaian buku yang lain adalah Kitab Zuhud dan Kitab Manhaj dan Aqidah, yang masing-masingnya merupakan kumpulan hadits-hadits shahih dalam bidang temanya. <br /><br />Buku ini diharapkan menjadi maraji' (referensi) bagi kaum muslimin khususnya para pelajar ilmiyyah dalam mengetahui hadits-hadits shahih dalam bab ilmu. Karena terhimpun di dalamnya apa yang telah ditulis oleh para Imam ahli hadits dalam bab ilmu seperti Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad, dan para Imam lain. <br /><br />Kemudian, isi buku ini dibagi dalam bab-bab sesuai dengan hadits-hadits yang dibawakan. Judul masing-masing bab merupakan ringkasan dari fiqih haditsnya. Dalam hal ini al ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat mengikuti kebiasaan para Imam ahli hadits seperti Bukhari, dll dalam memberikan nama judul masing-masing bab tersebut. <br /><br />Berikut, inilah judul masing-masing bab yang ada dalam Kitab Ilmu ini. <br /><br />1. Keutamaan Ilmu dan Ahli Ilmu<br />2. Ilmu Terlebih Dahulu sebelum Berkata dan Beramal<br />3. Sesungguhnya Mendapatkan Ilmu Itu Harus dengan Belajar<br />4. Hakikat Ilmu adalah Paham <br />5. Kewajiban Mengikhlaskan Diri Kepada Allah Dalam Menuntut Ilmu Dan Ancaman Neraka Kepada Orang-Orang Yang Mencari Kemegahan Dunia Berupa Harta Dan Kedudukan Dalam Menuntut Ilmu Atau Orang Yang Menuntut Ilmu bukan Karena Allah<br />6. Keutamaan dan Kemuliaan Tafaqquh Fid Din<br />7. Keutamaan dan Kemuliaan Ahli Hadits sebagai Tha'ifah Manshurah<br />8. Doa Nabi Yang Mulia shallallaahu'alaihi wa sallam untuk Ahli Hadits<br />9. Ancaman Berdusta Atas Nama Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam<br />10. Berdusta Atas Nama Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam Tidak Sama dengan Berdusta Kepada Orang Lain<br />11. Larangan Membawakan Hadits-Hadits Palsu (Maudhu') Kecuali untuk Menjelaskan Kepalsuannya<br />12. Kabar Gembira Dari Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam Kepada Umat Ini Tentang Adanya Ilmu Riwayatul Hadits Bahwa Kaum Muslimin Mendengar dan Menerima Hadits dari Kaum Salaf<br />13. Kitabatul Hadits (Penulisan Hadits) Telah Ada pada Zaman Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam dan Atas Perintah serta Taqrir (Persetujuan) Beliau Sendiri<br />14. Menulis Kitab-Kitab Ilmu Seperti Hadits, Tafsir, Fiqih, dll<br />15. Menghapal Ilmu<br />16. Perintah Untuk Menyampaikan (Tabligh) Dari Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam<br />17. Sabda Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam "Kadang-kadang orang yang disampaikan (hadits dariku) lebih paham dari orang yang mendengar (dariku)"<br />18. Tamak Dalam Menghasilkan Hadits<br />19. Berhati-hati Dalam Meriwayatkan dan Menyampaikan Hadits<br />20. Kekufuran Orang Yang Hanya Berpegang Kepada Al Qur'an Saja Dengan Menolak Semua Hadits Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam<br />21. Doa Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam untuk Ibnu Abbas Agar Berilmu Al Kitab dan Paham Akan Agama<br />22. Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam Mengaminkan Doanya Abu Hurairah Yang Berdoa Meminta Kepada Allah Supaya Diberi Ilmu Yang Tidak Terlupakan<br />23. Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam Telah Mengajarkan Umatnya Agar Berdoa Memohon Kepada Allah Ilmu Yang Bermanfaat dan Berlindung kepada Allah Dari Ilmu Yang Tidak Bermanfaat<br />24. Keutamaan Ilmu yang Bermanfaat<br />25. Keutamaan Bagi Orang yang Menunjuki Kebaikan Kepada Orang Lain<br />26. Apa Yang Diperoleh Oleh Orang Yang Menghidupkan Sunnah Hasanah atau Sunnah Sayyiah dan Orang Yang Mengajak Kepada Hidayah atau Kesesatan<br />27. Berpegang dengan Sunnah dan Menjauhi Segala Macam Bid'ah<br />28. Pada Akhir Zaman Manusia Mencari Ilmu Dari Ahli Bid'ah<br />29. Fatwa Tanpa Ilmu Dosa dan Kerusakannya pada Umat Bersama Ijtihadnya SEorang Mujtahid Dan Fatwanya Seorang Mufti Yang Beredar Di Antara Dua Pahala Atau Satu Pahala<br />30. Apabila Urusan Agama Diserahkan Kepada Yang Bukan Ahlinya<br />31. Ketika Ilmu Agama Diangkat Maka Yang Tersisa Dari Ilmu Hanya Sedikit Sekali Shingga Nyatalah Kejahilah<br />32. Ruwaibidhah<br />33. Larangan Menyembunyikan Ilmu<br />34. Keutamaan Majelis Ilmu<br />35. Wasiat Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam Supaya Memuliakan Para Pelajar Hadits<br /><br /><br />Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Maryam<br />di Bojonggede, Bogor <br />16 Dzulhijjah 1443 H<br /></p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-22643827355573150492022-07-06T20:22:00.000-07:002022-07-06T20:22:19.719-07:00Fiqih Dzikir Pagi Petang<p>... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br />Judul : Fiqih Dzikir Pagi Petang<br />Penulis : DR. Firanda Andirja, Lc.,MA.<br />Penerbit : Al Islam<br />Cetakan : Ke-8, Rajab 1442 H<br />Halaman : 119<br />Dimensi : 10 cm x 14,5 cm<br /><br /></p><p></p><p></p><p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-uDHylGo3I-Wf0ov9PpcQVP4fgzmgHSy1MZNfUOm6Nw8P5LUqd4Nhr5SEIOeLF0K7QyhzkzM6rfciAyWZ2hi7UBw9PCURFupm3cOuhmuKDZMG0XoJSAPQsVKjPr3frt5OjNm04yoMAFQINvCVG0D7eh9D7Xcv93koNHlIlvxdaLzFmozWD4c/s3011/IMG_20220707_101210.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3011" data-original-width="2000" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-uDHylGo3I-Wf0ov9PpcQVP4fgzmgHSy1MZNfUOm6Nw8P5LUqd4Nhr5SEIOeLF0K7QyhzkzM6rfciAyWZ2hi7UBw9PCURFupm3cOuhmuKDZMG0XoJSAPQsVKjPr3frt5OjNm04yoMAFQINvCVG0D7eh9D7Xcv93koNHlIlvxdaLzFmozWD4c/s320/IMG_20220707_101210.jpg" width="213" /></a></p><p><span style="font-size: large;"><br />اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ</span><br /><br />"Ya Allah! Engkau adalah Rabb ku, tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui memikul dosaku. Karena itu, ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau." (Dibaca 1x)<br />(HR. al Bukhari No. 6306)<br /><br /><b>Keutamaannya</b>:<br />Dzikir ini dinamakan oleh Nabi shallallahu'alaihi wa sallam dengan 'Sayyidul Istighfar' yaitu pemimpin doa istighfar, karena sayyid maknanya adalah yang mengungguli lainnya. Maka dzikir ini mengungguli lafal-lafal dzikir istighfar yang lainnya, jadi dzikir inilah yang terbaik. Hal ini karena kandungannya dibuka dengan pujian terhadap Allah subhanahu wa ta'ala, pengakuan sebagai seorang hamba, pengakuan dosa dan ketidakmampuan, dan ditutup dengan pengakuan bahwa tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Allah. <br /><br />Dzikir ini menggabungkan antara penyebutan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat tertinggi dengan pengakuan terhadap kondisi hamba yang terendah dan terhina (Hasyiat As Sindi 'ala sunan An Nasaai 8/280).<br /><br />Barangsiapa yang membaca dzikir ini di siang hari dalam kondisi yakin lalu meninggal sebelum sore hari maka ia termasuk penduduk surga. <br /><br /><br /><b>Kandungannya</b>:<br />(<b>Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku</b>) yaitu janjiku untuk beriman kepada-Mu, untuk taat dalam menjalankan segala perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu, dengan semaksimal kemampuanku.<br /><br />(<b>Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang aku perbuat</b>) yaitu aku berlindung dari akibat maksiat yang aku lakukan, aku mengetahui bahwa maksiat pasti mendatangkan akibat buruk di dunia maupun di akhirat, namun aku berlindung kepada-Mu dari akibat buruk tersebut. <br /><br />(<b>Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku</b>) yaitu aku mengetahui bahwa seluruh kenikmatan dan seluruh kelebihan yang aku miliki berasal dari-Mu, aku tidak ujub dengan nikmat tersebut, semua kenikmatan tersebut adalah murni dari-Mu.<br /><br />(<b>Dan aku mengakui memikul dosaku</b>). Di antara dosaku adalah aku tidak mampu untuk mensyukuri seluruh nikmat tersebut karena begitu banyaknya. (Umdatul Qaari 22/279). Al Khaththabi berkata:<br /><br />'Orang Arab berkata: "Si fulan mengakui memikul dosanya" yaitu jika ia memikulnya dalam kondisi ia membencinya, hanya saja ia tidak mampu untuk menolak hal tersebut dari dirinya." (Ma'aalim As Sunan 4/145). Ini menjelaskan betapa banyak dosa yang kita lakukan dalam kondisi kita sadar bahwa itu merupakan dosa, dan kita benci terjerumus dalam dosa tersebut, akan tetapi kita tidak mampu untuk melepaskan diri dari dosa tersebut.<br /><br />(<b>Karena itu ampunilah aku</b>) yaitu ampuni seluruh dosaku dengan rahmat-Mu yang luas, rahmat-Mu kepadaku yang melebihi kasih sayang ibuku kepadaku. Dosa sebesar apa pun, sebanyak apa pun, meskipun dilakukan berulang-ulang, maka tidak ada yang sulit untuk Engkau ampuni jika telah bertaubat, karena Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.<br /><br /><br />[Catatan Pribadi]<br />-----------------<br />Berbeda dengan buku dzikir pagi petang yang lain. Untuk buku karya ustadz Firanda ini selain memuat bacaan-bacaan dzikir pagi petang, memuat pula keutamaan dan kandungannya, dari setiap bacaan dzikir. Ini yang membuat beda dari yang lain. </p><p></p><p>Pada ringkasan buku ini hanya dimuat bacaan dzikir sayyidul istighfar bersama dengan keutamaan dan kandungannya sebagai gambaran dari isi buku. </p><p>Selain itu buku ini menjelaskan motivasi Allah agar hamba-Nya berdzikir pagi dan petang; kapan waktu dzikir pagi dan petang; dan adab dalam berdzikir pagi dan petang. <br /><br />Buku yang dibuat dalam format buku saku ini sangat '<i>handy</i>' untuk dibawa saat kita berpergian agar bisa mudah mengamalkan dzikir pagi dan petang. Banyak dijumpai saat ini orang mulai gemar berdzikir pagi dan petang saat di stasiun, kereta, di rumah dan dimana saja. Semoga Allah memudahkan kita dalam membiasakan dzikir pagi dan petang ini. Amin.<br /><br /><br />Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Maryam<br />di Bojonggede, Bogor <br />07 Dzulhijjah 1443 H<br /><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-64235468555387645352022-07-02T00:27:00.005-07:002022-07-06T20:14:44.634-07:00Dimana Allah? Menurut Akidah Empat Imam Mazhab... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br />Judul : Dimana Allah? Menurut Akidah Empat Imam Mazhab<br />Penulis : Al Ustadz Abu Utsman Kharisman<br />Penerbit : Ash-Shaf Media, Yogyakarta<br />Cetakan : Pertama, Muharram 1442 H<br />Halaman : 80<br />Dimensi : 10 cm x 14 cm<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPCsRZt-SjY56DKOYVK7fjcNmepUxlF2-6JsqO47ZfwF2CCqXj-Q3ejA_oSzjJtHOwKEukx6yho5jCV4YgrdKIK17yyQs5R_gcAiZG-zZQ5vbH4EtKMETFHQ7rWeyh9qYuES_jrNYOrcZmuvCayk8O3mvn_vf84sYDt-At2jf6vmfXqz_hc2A/s2690/IMG_20220702_152311.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2690" data-original-width="2000" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPCsRZt-SjY56DKOYVK7fjcNmepUxlF2-6JsqO47ZfwF2CCqXj-Q3ejA_oSzjJtHOwKEukx6yho5jCV4YgrdKIK17yyQs5R_gcAiZG-zZQ5vbH4EtKMETFHQ7rWeyh9qYuES_jrNYOrcZmuvCayk8O3mvn_vf84sYDt-At2jf6vmfXqz_hc2A/s320/IMG_20220702_152311.jpg" width="238" /></a><br />Begitu berlimpah dalil yang menunjukkan bahwa Allah berada di atas seluruh makhluk-Nya. Dia berada di atas 'Arsy, di atas 7 lapis langit. Apabila dikumpulkan seluruh dalil, Ibnu Qayyim menyebutkan tidak kurang dari 2000 dalil. (hal. 9).<br /><br />Keempat: Penjelasan tentang diangkatnya sebagian makhluk menuju Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam al Qur'an.<br />بَلْ رَّفَعَهُ اللّٰهُ اِلَيْهِ ۗ<br />"Bahkan Allah <b>mengangkatnya (Nabi Isa) kepada-Nya.</b>" (an-Nisa': 158) <br /><br />اِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَيَّ<br />"Sesungguhnya Aku mewafatkanmu dan <b>mengangkatmu kepada-Ku.</b>" (Ali Imran: 55)<br />(hal. 17-18)<br /><br />Keenam: Penjelasan bahwa al Qur'an 'diturunkan' dari Allah. Ini jelas menunjukkan bahwa Allah berada di atas, sehingga Ia menyebutkan bahwa al Qur'an diturunkan dari-Nya. Tidaklah diucapkan kata 'diturunkan' kecuali berasal dari yang di atas.<br />Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam al Qur'an, diantaranya:<br /><br />تَنْزِيْلُ الْكِتٰبِ مِنَ اللّٰهِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ<br />"Kitab (al Qur'an ini) <b>diturunkan </b>oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Az-Zumar: 1).<br />(hal. 19)<br /><br />Keempatbelas: Pemberitahuan dari Allah bahwa Firaun berkeinginan untuk naik menuju langit untuk melihat dan mendustakan perkataan Nabi Musa alaihissalam yang mengabarkan bahwa Allah berada di atas langit. <br /><br />وَقَالَ فِرْعَوْنُ يٰٓاَيُّهَا الْمَلَاُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرِيْۚ فَاَوْقِدْ لِيْ يٰهَامٰنُ عَلَى الطِّيْنِ فَاجْعَلْ لِّيْ صَرْحًا لَّعَلِّيْٓ اَطَّلِعُ اِلٰٓى اِلٰهِ مُوْسٰىۙ وَاِنِّيْ لَاَظُنُّهٗ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ <br /><br />"Dan Firaun berkata, "Wahai para pembesar, aku tidak mengetahui ada sesembahan lain bagi kalian selain aku. Bakarkanlah untukku tanah liat wahai Haman, kemudian buatkanlah untukku <b>bagunan tinggi agar aku bisa melihat sesembahan Musa</b>. Sesungguhnya aku benar-benar menyangka dia termasuk pendusta." (al Qashash: 38)<br /><br /><br /><br />وَقَالَ فِرْعَوْنُ يٰهَامٰنُ ابْنِ لِيْ صَرْحًا لَّعَلِّيْٓ اَبْلُغُ الْاَسْبَابَۙ<br />اَسْبَابَ السَّمٰوٰتِ فَاَطَّلِعَ اِلٰٓى اِلٰهِ مُوْسٰى وَاِنِّيْ لَاَظُنُّهٗ كَاذِبًا ۗوَكَذٰلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوْۤءُ عَمَلِهٖ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيْلِ ۗوَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ اِلَّا فِيْ تَبَابٍ ࣖ<br />"Dan Fir'aun berkata, "Wahai Haman, bangunkanlah untukku <b>bangunan tinggi agar aku bisa sampai pada pintu-pintu langit, sehingga aku melihat sesembahan Musa</b>. Sesungguhnya aku benar-benar menyangka ia pendusta. Demikianlah diperhias untuk Firaun keburukan amalannya dan ia dihalangi dari jalan (yang lurus). Tidaklah tipu daya Firaun kecuali hanya menuai kecelakaan." (Ghafir: 36-37)<br />(hal. 31-33)<br /><br />Ucapan Zainab bintu Jahsy radhiyallahu'anha<br />Dari Anas radhiyallahu'anhu bahwa Zainab binti Jahsy berbangga terhadap istri-istri Nabi yang lain, ia berkata, "Kalian dinikahkan oleh keluarga kalian, sedangkan aku dinikahkan oleh <b>Allah dari atas tujuh langit.</b>" Dalam lafadz lain beliau berkata, "Sesungguhnya Allah telah menikahkan aku di atas langit." (HR. al Bukhari)<br />(hal. 48-49)<br /><br /><br />Akidah al Imam Muhammad bin Idris asy Syafi'i rahimahullah<br />Al Imam asy Syafi'i rahimahullah mengemukakan hadits dengan sanadnya dalam kitab al Umm,<br /><br />Telah mengabarkan kepada kami Malik dari Hilal bin Usamah dari 'Atha' bin Yasar dari Umar bin al Hakam, bahwasannya ia berkata, "Aku mendatangi Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya ada seorang hamba sahaya milikku yang menggembala kambing milikku. Aku pun datang pada saat ia kehilangan seekor domba. Aku bertanya kepadanya tentang domba itu. Ia menjawab, 'Telah dimakan srigala.' Aku pun marah kepadanya dan aku termasu bani Adam (yang memiliki sifat manusiawi, terpancing marah, -pen). Aku pun menempeleng wajahnya. Aku harus memerdekakan hamba sahaya. Bolehkan aku memerdekakannya? <br />Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda kepada hamba sahaya wanita itu, 'Dimana Allah.' Wanita itu menjawab, 'Di atas langit.' <br />Nabi bertanya, 'Siapakah aku?'<br />Wanita itu menjawab, 'Anda adalah utusan Allah.'<br />Nabi bersabda, 'Merdekakanlah dia.'" (al Umm karya al Imam asy Syafi'i rahimahullah (280/5).<br />(hal. 56-58)<br /><br /><br />[Catatan Pribadi]<br />-----------------<br />Sebuah buku yang ringkas tapi padat yang memuat dalil-dalil tentang dimana Allah. Menjelaskan bahwa Allah ada di atas langit. Dimuat di buku ini dalil-dalil dari al Qur'an dan hadits, ada 18 pendalilan. <br />Kemudian dimuat pula ucapan dan aqidah para shahabat Nabi, yaitu ucapan Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khaththab, Abdullah bin Mas'ud, Zainab bintu Jahsy, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, semoga Allah meridhai semuanya. <br />Melengkapi argumentasi tentang Allah di atas langit, dimuat pula aqidah para tabi'in, para imam mazhab dan ijma pada ulama bahwa Allah berada di atas 'arsy di atas tujuh lapis langit (ada 10 nukilan). <br />Apa yang ada di ringkasan ini hanya mengutip sebagian kecil saja sebagai gambaran isi buku. <br /><br />Sepatutnya buku ini dipelajari dan dipahami oleh kaum muslimin, agar kaum muslimin paham dengan aqidah yang sangat mendasar bahwa Allah berada di atas langit. <br /><br /><br />Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Maryam<br />di Bojonggede<br />02 Dzulhijjah 1443 H/02 Juli 2022<br /><br /><br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-48585555125029911712015-01-02T16:14:00.002-08:002015-01-02T16:14:47.464-08:00Natal Hari Raya Siapa?Natal Hari Raya Siapa?<br /><br />... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br />Judul : Natal Hari Raya Siapa? <br />Penulis : Muhammad Abduh Tuasikal <br />Penerbit : Pustaka Muslim<br />Cetakan : Kedua, Dzulhijjah 1435 H/Oktober 2014 M<br />Halaman : 90+iv<br /><br />Pada bulan Desember, ada perayaan natal yang dilakukan oleh umat Nashrani. Sayangnya masih ada dari kalangan umat Islam yang ikut serta merayakan acara tersebut, baik sekedar mengucapkan selamat natal atau bahkan berpartisipasi / tolong menolong dalam perayaan tersebut. Bagaimana sebenarnya hukum syariat Islam mengenai hal ini?<br /><br />Dalam ringkasan buku ini, buku-islam.blogspot.com akan mengutip sebagian isi dari buku tersebut sebagai gambaran isinya. Yaitu mengenai kesepakatan para ulama tentang ucapan natal dan penggunaan simbol-simbol kekafiran. Semoga upaya ini terhitung menyebarkan cahaya Islam dalam rangka mencari simpati Allah Yang Bersemayam di Atas Arsy. Amin.<br /><br /><br />[SEPAKAT ULAMA: UCAPAN SELAMAT NATAL ITU HARAM]<br />-----------------------------------------------<br />Ibnul Qayyim berkata,<br />"Adapun memberi ucapan selamat pada syi'ar-syi'ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma' (kesepakatan) para ulama." Inilah yang beliau sebutkan dalam Ahkam Ahli Dzimmah.<br /><br />Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Tidak boleh kaum muslimin menghadiri perayaan non muslim dengan kesepakatan para ulama. Hal ini telah ditegaskan oleh para fuqaha dalam kitab-kitab mereka. Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang shahih dari 'Umar bin al Khottob radhiyallahu'anhu, ia berkata,<br /><br />"Janganlah kalian masuk pada non muslim di gereja-gereja mereka saat perayaan mereka. Karena saat itu sedang turun murka Allah."<br /><br />Umar berkata,<br />"Jauhilah musuh-musuh Allah di perayaan mereka."<br /><br />Demikian apa yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah, 1:723-724.<br /><br />Tidak diketahui ada sahabat Nabi lainnya yang menyelisihi pendapat Umar bin Khottob di atas. <br /><br /><br /><br />[KARYAWAN TOKO DENGAN TOPI SINTERKLAS]<br />-----------------------------------------------<br />Selama bulan Desember, sebagian karyawan mulai berdandan dengan aksesoris perayaan Natal umat Nashrani dengan menggunakan topi sinterklas (santa klaus). Ada pelayan toko sibuk melayani dengan topi sinterklas. Padahal bisa kita tahu, tampangnya adalah muslim. Sungguh sayang, malah penampilan Nashrani yang ia kenakan. Ini tidak hanya ditemukan pada pelayan toko, ada pula pengemudi taksi yang mengenakan pakaian ala christmas ini di bulan Desember.<br /><br />SIMBOL AGAMA NASHRANI, NABI PERINTAHKAN UNTUK DILEPAS<br />'Adi bin Hatim pernah berkata bahwa beliau pernah mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan memakai salib dari emas di lehernya. Lantas Nabi shallallahu'alaihi wa sallam mengatakan,<br /><br />"Wahai 'Adi buang berhala yang ada di lehermu." (HR. Tirmidzi no. 3095, hasan menurus Syaikh al Albani).<br /><br />Kita tahu bahwa 'Adi bin Hatim dulunya adalah Nashrani, sehingga masih ada bekas-bekas agamanya yang dulu. Wajar ketika itu beliau masih menggunakan salib. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam suruh melepas simbol agama Nashrani tersebut. Tentu hal yang sama akan diberlakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika melihat pegawai, karyawan, pelayan dan pengemudi muslim mengenakan simbol Nashrani berupa topi santa klaus atau sinterklas. Karena kita umat Islam pun setuju, itu bukan simbol perayaan kita. <br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />-----------------<br />Dari buku ini menjadi jelas bahwa ucapan selamat natal itu dilarang dalam agama Islam berdasarkan kesepakatan para ulama sebagai mana dikutip oleh Ibnul Qayyim. Kita pun mengetahui pula bahwa agama Islam yang mulia ini melarang penggunaan simbol-simbol kekafiran. <br /><br />Demikian, semoga Allah Yang Bersemayam Di Atas Arsy membimbing kita dan menjaga kita di jalan yang lurus, di atas kemurnian Islam.<br /><br /><br />Ringkasan ini dibuat oleh Chandra Abu Maryam<br />di Bojong Gede, Bogor <br />12 Rabiul Awwal 1436 H/3 Januari 2015 MUnknownnoreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-3837596411019296852013-12-28T19:23:00.002-08:002013-12-28T19:23:37.665-08:00Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi'ah di IndonesiaMengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi'ah di Indonesia <br /><br />... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br />Judul : Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi'ah di Indonesia (Panduan Majelis Ulama Indonesia) <br />Penulis : DR. (H.C.) K.H. Ma'ruf Amin, dkk<br />Penerbit : Al Qalam<br />Cetakan : Pertama, Muharram 1435 H/November 2013 M<br />Halaman : 120+xiii<br /><br /><br />Masih banyak umat Islam di Indonesia yang belum paham tentang aliran Syiah yang sesat dan menyesatkan, meski Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah sejak lama merangkum panduan bagi umat Islam dalam menyikapi paham Syi'ah di Indonesia. Tercatat ada tiga panduan yang bisa dipedomani oleh umat Islam di Indonesia terkait hal ini, yaitu Rekomendasi Fatwa tentang paham Syi'ah pada tahun 1984, hasil Ijtima Ulama Indonesia tahun 2006 yang berisikan taswiyatul manhaj berdasarkan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah, maupun 10 kriteria pedoman penetapan aliran sesat yang disahkan dalam forum Rakernas MUI tahun 2007.<br /><br />Dalam ringkasan buku ini, buku-islam.blogspot.com akan mengutip sebagian isi dari buku tersebut sebagai gambaran isinya. Yaitu mengenai penyimpangan ajaran Syi'ah; dan Sikap dan respon MUI tentang paham Syi'ah. Catatan kaki sengaja tidak disertakan, silahkan merujuk kepada bukunya. Kami kutip dua penyimpangan ajaran Syi'ah beserta penjelasan para ulama tentang penyimpangannya. <br /><br />Semoga upaya ini terhitung menyebarkan cahaya Islam dalam rangka mencari simpati Allah Yang Bersemayam di Atas Arsy. Amin. <br /><br /><br />[BAB III PENYIMPANGAN AJARAN SYI'AH]<br />--------------------------------------------<br />*PENYIMPANGAN PAHAM TENTANG ORISINALITAS AL QUR'AN*<br />Menurut seorang ulama Syi'ah, al Mufid, dalam kitab Awail al-Maqalat, menyatakan bahwa al Qur'an yang ada saat ini tidak orisinal. Al-Qur'an sekarang sudah mengalami distorsi, penambahan dan pengurangan. Tokoh Syi'ah lain mengatakan dalam kitab Mir'atul 'Uqul Syarh al-Kafi, mengatakan bahwa al-Qur'an telah mengalami pengurangan dan perubahan. <br /><br />Al-Qummi, tokoh mufassir Syi'ah, menegaskan dalam mukadimah tafsirnya bahwa ayat-ayat al-Qur'an ada yang diubah sehingga tidak sesuai dengan ayat aslinya. Abu Manshur Ahmad bin Ali al Thabarsi, seorang tokoh Syi'ah abad ke-6 H menegaskan dalam kitab al Ihtijaj, bahwa al Qur'an yang ada sekarang adalah palsu, tidak asli, dan telah terjadi pengurangan. <br /><br /><br />PANDANGAN ULAMA<br />Para ulama menyatakan dengan tegas bahwa Al Qur'an yang dipegang dan diamalkan umat Islam saat ini di seluruh dunia adalah asli, tidak ada pengurangan maupun penambahan. Allah Subhanahu wa Ta'ala langsung yang menjamin keaslian dan keterpeliharaannya dari tahrif (distorsi dan interpolasi), "Sesungguhnya Kami yang telah menurunkan al Qur'an dan Kami pula yang akan menjaganya." (al Hijr:9). Keyakinan inilah yang menjadi prinsip yang dipegang seluruh ulama Islam. <br /><br />al Qadhi 'Iyadh menukil menukil pernyataan Abu Utsman al Haddad bahwa semua ahli tauhid bersepakat atas kekafiran orang yang mengingkari satu huruf dari al Qur'an. Ibnu Qudamah al Maqdisi menyatakan, "Tidak ada perbedaan di antara kaum Muslimin bahwa orang mengingkari satu surah, atau ayat, atau kata, atau huruf dari al Qur'an, disepakati telah kafir." Imam Ibnu Hazm berkata, "Mengatakan di antara dua sampul al Qur'an ada perubahan adalah kekufuran yang nyata dan mendustai Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam. <br /><br />...<br /><br />Dengan demikian Syi'ah telah menyimpang karena "Mengingkari autentisitas (keaslian) dan kebenaran al Qur'an", sebagaimana poin nomor 4 dari 10 kriteria pedoman identifikasi aliran sesat yang difatwakan MUI dalam Rakernas tahun 2007. <br /><br /><br />*PENYIMPANGAN PAHAM TENTANG HUKUM NIKAH MUT'AH*<br />Menurut Syi'ah, nikah mut'ah boleh, bahkan akan mendapat pahala yang besar. Ulama Syi'ah menyatakan bahwa nikah mut'ah (kawin kontrak) tidak perlu dipedulikan apakah si wanita punya suami atau tidak. Boleh juga nikah mut'ah dengan pelacur. Nuri al Thabarsi (ulama Syi'ah), menjelaskan bahwa dalam nikah mut'ah boleh dengan wanita bersuami asal dia mengaku tidak punya suami. Ulama besar Syi'ah, al Khomeini, menjelaskan bahwa boleh melakukan praktik anal seks dengan istri. Bahkan menurut Khomeini, nikah mut'ah boleh dilakukan dengan bayi yang masih menyusui. <br /><br /><br />PANDANGAN ULAMA<br />MUI telah memfatwakan keharaman kawin mut'ah yang ditandatangani pada Jumadil Akhir 1418 H/25 Oktober 1997 M. Menurut MUI, penghalalan nikah mut'ah bertentangan dengan semangat dan esensi pernikahan seperti yang dijelaskan dalam firman Allah Ta'ala, "Dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka tidak tercela." (al Mu'minuun: 5-6). Ayat itu menjelaskan bahwa hubungan kelamin hanya dibenarkan kepada wanita yang berfungsi sebagai istri atau jariah. Sedangkan wanita yang dinikahi dengan cara mut'ah tidak berfungsi sebagai istri atau jariah. Karena akad mut'ah bukan akad nikah dengan alasan: <br />1) tidak saling mewarisi, <br />2) iddah mut'ah tidak seperti iddah nikah daim, <br />3) dengan akad nikah menjadi berkuranglah hak seseorang dalam hubungan dengan kebolehan beristri empat (ta'addud), dalam mut'ah tidak demikian, <br />4) dengan mut'ah, seorang laki-laki tidak dianggap menjadi muhshan, karena wanita yang dinikahi dengan cara mut'ah tidak menjadikannya sebagai istri ataupun jariah. Oleh sebab itu, orang yang melakukan mut'ah termasuk ke dalam firman Allah, "Tetapi, barang siapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas." (al Mu'minuun: 7). <br /><br />Seluruh ulama empat madzhab telah bersepakat bahwa nikah mut'ah telah diharamkan.<br /><br /><br />[BAB V SIKAP DAN RESPON MUI TENTANG PAHAM SYI'AH] <br />---------------------------------------------------------<br />Majelis Ulama Indonesia yang merupakan wadah musyawarah para ulama, zuama dan cendikiawan Muslim serta menjadi pengayom bagi seluruh Muslim Indonesia adalah lembaga paling berkompeten dalam menjawab dan memecahkan setiap masalah sosial keagamaan yang senantiasa timbul dan dihadapi masyarakat. MUI juga telah mendapat kepercayaan penuh, baik dari masyarakat maupun pemerintah.<br /><br />Berikut ini adalah kesimpulan dari pandangan dan sikap para ulama Indonesia yang terwadahi dalam MUI sejak terbentuknya tahun 1975 hingga saat ini terkait tentang paham Syi'ah Imamiyah.<br /><br />5) MUI telah menegaskan sikap mayoritas umat Islam Indonesia terhadap Syi'ah dalam konsideran fatwa MUI tentang nikah mut'ah sebagai berikut.<br /><br />Menimbang:<br />1. Bahwa nikah mut'ah akhir-akhir ini mulai banyak dilakukan oleh umat Islam di Indonesia, terutama di kalangan pemuda dan mahasiswa.<br /><br />2. Bahwa praktek nikah mut'ah tersebut telah menimbulkan keprihatinan, kekhawatiran, dan keresahan bagi para orang tua, ulama, pendidik, tokoh masyarakat, dan umat Islam Indonesia pada umumnya, serta dipandang sebagai alat propaganda paham Syi'ah di Indonesia.<br /><br />3. Bahwa mayoritas umat Islam Indonesia adalah penganut paham Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) yang tidak mengakui dan menolak paham Syi'ah secara umum dan ajarannya tentang nikah mut'ah secara khusus (Fatwa Nikah Mut'ah 25 Oktober 1997, lihat HF MUI: 376).<br /><br />6) Keterangan tentang penyimpangan ajaran Syi'ah dari kemurnian ajaran Islam diperkuat oleh "Sepuluh Kriteria Aliran Sesat" yang telah ditetapkan dalam Rakernas MUI pada Selasa, 6 November 2007 di Sari Pan Pasifik, Jakarta sebagai berikut.<br /><br />1. Mengingkari salah satu rukun iman dan rukun Islam.<br />2. Meyakini atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syar'i (al Qur'an dan Sunnah).<br />3. Meyakini turunnya wahyu sesudah al Qur'an.<br />4. Mengingkari autentisitas dan kebenaran al Qur'an. <br />5. Menafsirkan al Qur'an yang tidak berdasar kaidah-kaidah tafsir.<br />6. Mengingkari kedudukan Hadits sebagai sumber ajaran Islam.<br />7. Melecehkan/mendustakan nabi dan rosul.<br />8. Mengingkari Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam sebagai nabi dan rosul terkahir.<br />9. Mengurangi/menambah pokok-pokok ibadah yang tidak ditetapkan syariah. <br />10. Mengafirkan sesama Muslim hanya karena bukan kelompoknya.<br /><br />Kesepuluh kriteria aliran sesat di atas telah dianut dan diamalkan oleh Syi'ah Imamiyah Itsna 'Asyariyah, Madzhab Ahlul Bait (versi mereka), menurut hasil Musyawarah BASSRA (Badan Silaturahmi Ulama Pesantren Madura) pada tanggal 3 Januari 2012 di Gedung Islamic Center Pamekasan, Madura. <br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />-----------------<br />Menyimak dari apa yang ada di buku ini, kita menjadi paham dan terang bahwa paham Syi'ah telah menyimpang, sebagaimana yang dikutip dalam buku ini berdasarkan fatwa MUI Jawa Timur No. Kep-01/SKF-MUI/JTM/I/2012 tanggal 21 Januari 2012, bahwa paham <b>Syi'ah Imamiyah Itsna 'Asyariyah adalah SESAT dan MENYESATKAN</b>. (hal 93).<br /><br />Demikian, semoga Allah Yang Bersemayam Di Atas Arsy membimbing kita dan menjaga kita di jalan yang lurus, di atas kemurnian Islam.<br /><br /><br />Ringkasan ini dibuat oleh Chandra Abu Maryam<br />di Ruang 7, Depok<br />29 Desember 2013<br />Unknownnoreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-75015107550339630002011-12-14T07:34:00.000-08:002011-12-16T17:12:08.600-08:00Apa Kata Imam Syafi'i tentang Meluruskan dan Merapatkan Shaf Shalat Berjama'ah?<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">... Ringkasan Buku ...<br /><a href="http://buku-islam.blogspot.com/">http://buku-islam.blogspot.com</a></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Judul : Apa Kata </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Imam Syafi'i</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> tentang Meluruskan dan </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Merapatkan </span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Shaf Shalat Berjama'ah? </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Penulis : Ibnu Saini bin Muhammad bin Musa</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Muraja'ah : Abdul Hakim bin Amir Abdat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Penerbit : Mu'awiyah bin Abi Sufyan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Cetakan : Kedua - Juni 2011 M</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Halaman : 66 </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Apa yang dikatakan oleh Imam Syafi'i dalam hal meluruskan dan merapatkan shaf pada waktu shalat berjama'ah? Pertanyaan ini seharusnya terbesit dalam benak </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">kaum muslimin yang mengaku bermazhab Imam Syafi'i. Dan jawabannya seharusnya benar-benar dilaksanakan juga. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Penulis buku saku ini, yaitu Ustadz Ibnu Saini bin Muhammad bin Musa, telah merangkum jawabannya dalam sebuah buku yang gamblang, ringkas, to the point, dan </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">mudah dipahami. Kemudian, pada ringkasan ini saya kutip sebagian kecil dari buku tersebut sebagai gambarannya. Yaitu dari bagian Hadits-Hadits Seputar </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Masalah Shaf; Atsar Dari Para Shahabat dan Pernyataan Imam Syafii; dan dari bagian Kesimpulan dan Penutup. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">[HADITS-HADITS SEPUTAR MASALAH SHAF]</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">--------------------------------------------</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">(Hadits Ketiga)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Artinya: Dari Abu Mas'ud al Badri, ia berkata: Dahulu Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam biasa mengusap bahu-bahu kami, ketika akan memulai shalat, </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">seraya beliau bersabda: "Luruskan shafmu dan janganlah kamu berantakan dalam shaf; sehingga hal itu membuat hati kamu juga akan saling <span class="Apple-style-span" style="color: red;">berselisih</span>". (Shahih: </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Muslim no. 432).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">(Hadits Keempat)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Artinya: Dan dari Nu'man bin Basyir, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Hendaklah kamu benar-benar </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">meluruskan shafmu, atau (kalau tidak; maka) Allah akan jadikan perselisihan di antaramu. (Muttafaq 'Alaihi: Bukhari no. 717 dan Muslim no. 436).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">[ATSAR DARI PARA SHAHABAT DAN PERNYATAAN IMAM SYAFII]</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">-----------------------------------------------------</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Para Shahabat telah mengamalkan Sunnah Nabi shallallahu'alaihi wa sallam di atas, dimana Imam Syafi'i telah menyatakan di dalam kitabnya al Umm (I: 223) </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">bahwa 'Utsman bin Affan berkata:</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">"Apabila Imam telah berdiri berkhutbah pada hari Jum'at, maka dengarkanlah dengan seksama dan diamlah, karena hukum orang yang dapat mendengarkan khutbah </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">sama halnya dengan mereka yang tidak dapat mendengarkannya (yakni; sama-sama diperintah untuk diam dan mendengar). Bila dikumandangkan qamat, maka rapikanlah </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">shaf (makmum), dan sejajarkanlah bahu-bahu mereka; karena lurus (dan rapatnya) shaf termasuk hal yang dapat menyempurnakan shalat". (Diriwayatkan pula oleh </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Malik di Muwaththa' no. 234).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Dahulu 'Utsman (bin Affan yang bertindak sebagai khalifah dan sekaligus imam shalat pada saat itu) tidak memulai untuk bertakbir (memulai shalat), sehingga </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">datang petugas-petugasnya</span> yang telah ditugasi untuk merapihkan shaf, dan mereka telah melaporkan bahwa shaf selesai (dirapihkan dan) diluruskan, maka baru </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">kemudian beliau bertakbir memulai shalatnya. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">[KESIMPULAN DAN PENUTUP]</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">------------------------------------</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">10. Diantara kesalahan yang sering dilakukan oleh kaum muslimin dalam hal ini adalah sebagai berikut:</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">- Mereka tidak meluruskan dan merapatkan shaf, dengan bahu, lutut dan mata kaki.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">- Bahkan sebagian mereka tidak mau kalau kakinya ditempelkan dengan kaki yang ada di sebelahnya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">- Mereka biasa shalat di sejadah mereka masing-masing, tanpa mau merapatkan shaf dengan yang ada di sebelahnya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">- Keyakinan sebagian mereka bahwa satu makmum dengan lainnya harus berjarak kurang lebih 4 jari, padahal para shahabat justru merapatkan bahu dan kaki mereka </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">dengan yang berada di sebelahnya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">- Imam biasanya hanya berkata: "Luruskan dan rapatkan shaf" atau "istawu, istawu" tanpa dia memperhatikan keadaan makmum; apakah benar-benar sudah lurus dan </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">rapat atau belum?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">[PERSONAL VIEW]</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">-----------------</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Dari penjelasan di buku ini kita dapat mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk merapatkan shaf shalat berjama'ah </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">yang salah satu faedahnya adalah agar hati-hati kaum muslimin tidak berselish. Insya Allah akan menciptakan <span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">kecintaan </span>diantara kaum muslimin. Dan inilah </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">salah satu jalan untuk persatuan umat Islam. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Semoga yang ringkas ini memberi manfaat yang besar.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Ringkasan ini dibuat oleh Chandra Abu Maryam</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">di Peunayong, Banda Aceh</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">14 Desember 2011 Pukul 22.24 WIB</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br /></span><br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com24tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-49061905218176743632011-06-26T03:12:00.000-07:002011-06-26T03:19:14.655-07:0031 Resep Panjang Umur dan Hidup Berkah 'ala Nabi... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br />Judul : 31 Resep Panjang Umur dan Hidup Berkah 'ala Nabi<br />Penulis : Amir bin Muhammad al-Mudari<br />Penerbit : Pustaka Ibnu 'Umar<br />Cetakan : Pertama, Maret 2009 M<br />Halaman : xviii+51<br /><br /><br />Buku ini memuat resep-resep yang dijamin akurat untuk<span style="color: rgb(204, 0, 0);"> panjang umur </span>dan <span style="color: rgb(153, 0, 0);">hidup berkah</span>. Dijamin akurat, karena didasari hadits-hadits yang sah dari Nabi shallallahu'alaihi wa sallam. Bila seseorang mengamalkannya dengan baik dijamin manjur. <span style="color: rgb(0, 153, 0);">Apa saja resep-resep itu</span>?<br /><br />Pada ringkasan buku ini penulis sertakan sebagian kecil dari resep-resep tersebut. Yang semoga bermanfaat buat pembaca. Inilah dia.<br /><br /><br />[2. SAMBUNGLAH SILATURAHMI DENGAN KERABATMU]<br />--------------------------------------------<br />Di antara amalan-amalan yang memperpanjang umur dan menambah kebajikan ialah silaturrahim (menyambung kerabat).<br />"Dari 'Abdillah bin Mas'ud radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah bersabda:<br /><br />"Silaturrahim akan menambah umur"<br />(Shahiihul Jaami' (no. 3760).<br /><br />Dan Nabi bersabda:<br />"Barang siapa yang ingin diluaskan rizkinya dan <span style="color: rgb(204, 0, 0);">dipanjangkan umurnya</span>, maka hendaklah ia menyambung kerabatnya."<br />(HR. Bukhari).<br /><br />Tingkatan silaturrahim yang paling rendah adalah menghubungi dengan mengucapkan salam lewat telepon. Nabi bersabda:<br />"Hubungilah kaum kerabat kalian walaupun dengan salam." (Shahiihul Jaami', dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma. [Shahiihul Jaami' (no. 2838)]).<br /><br /><br /><br />[29. HENDAKLAH ANDA MEMILIKI SHADAQAH JARIYAH]<br />-------------------------------------------------<br />Seperti wakaf, membuat sumur, membangun panti asuhan, menanam pepohonan, membangun masjid dan sekolah, mencetak buku-buku dan mewakafkannya karena Allah, dan amal-amal kebajikan lainnya. Semua ini pahalanya terus mengalir pada Anda, baik semasa hidup Anda maupun sesudah mati.<br /><br />Nabi bersabda:<br />"Di antara amalan dan kebajikan yang terus sampai kepada orang mukmin setelah kematiannya, adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mushhaf yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah yang dibangunnya untuk ibnu sabil, sungai yang dialirkannya, atau <span style="color: rgb(204, 0, 0);">shadaqah </span>yang dikeluarkannya dari hartanya semasa sehatnya dan semasa hidupnya, maka itu sampai kepadanya setelah kematiannya." (HR. Ibnu Majah dan dihasankan al Albani, dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 242)].<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />----------------<br />Menarik sekali nasehat yang tertera pada cover belakang buku ini:<br /><br />"Hanya orang sakitlah yang benar-benar mengetahui betapa mahalnya nikmat sehat. Dan hanya orang yang telah matilah yang mengerti betapa berharganya kesempatan hidup di dunia yang sangat singkat ini."<br /><br />Semoga penggalan nasehat tersebut bisa memotivasi kita untuk mengoptimalkan sisa umur kita agar hidup lebih berkah lagi. Semoga Allah menolong kita. Amin.<br /><br /><br />Semoga bermanfaat.<br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:courier new;">Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Isa Hasan Cilandak </span><br /><span style="font-family:courier new;">Sore hari di bulan Juni tanggal 26, 2011 Jam 17.05 WIB</span><br /><span style="font-family:courier new;">Semoga Allah memberkahi hidupnya </span><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-44498940808708815122010-02-18T19:13:00.000-08:002010-02-18T19:33:35.908-08:00Noda-Noda Perusak Aqidah dalam Kehidupan Sehari-hari... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br />Judul : <span style="color:#cc0000;">Noda-Noda Perusak</span> 'Aqidah dalam Kehidupan Sehari-hari<br />Penulis : Wahid 'Abdussalam Baali<br />Penerbit : Pustaka Ibnu 'Umar<br />Cetakan : Pertama, Syawal 1430 H/ Oktober 2009<br />Halaman : xx+105<br /><br /><br />Buku ini menjadi sangat penting, karena memuat banyak kerusakan-kerusakan aqidah di dalam kehidupan sehari-hari. Perlu bagi kita menyimak buku ini agar kita tahu hal-hal apa saja yang termasuk dalam merusak aqidah Islam.<br /><br />Ada puluhan pembahasan yang dimuat dalam buku ini, memuat<span style="font-size:130%;color:#006600;"> 80 hal</span> yang merusak aqidah Islam. Diantaranya akan saya kutip dalam ringkasan buku ini, yaitu tentang mempercayai <span style="color:#990000;"><strong>dukun</strong></span> dan peramal (paranormal), dan yang kedua adalah keyakinan tentang <span style="color:#ff0000;"><strong>zodiak</strong></span>. Dua hal ini banyak melanda kaum muslimin di negeri kita ini.<br /><br /><br /><br />[18. MEMPERCAYAI DUKUN DAN PERAMAL (PARANORMAL)]<br />================================================<br />Sebagian orang datang kepada dukun dan paranormal untuk melepaskan diri mereka dari sihir, atau untuk mendapatkan dan menarik suatu kebaikan menurut persangkaannya. Orang yang patut dikasihani ini tidak tahu bahwa dengan kedatangannya kepada dukun, maka ia telah <span style="color:#990000;">kehilangan pahala 200 kali shalat</span> (fardhu) dari timbangan kebaikannya. Ini berdasarkan riwayat Muslim dalam Shahiih-nya, dari sebagian Ummul Mukminin bahwa Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda (artinya):<br /><br />"Barangsiapa mendatangi paranormal, lalu ia menanyakan sesuatu kepadanya, maka <span style="color:#cc0000;">tidak diterima shalatnya 40 malam</span> (dengan siangnya)." (Shahih: Muslim dan Ahmad. Shahiihul Jaami' (no. 5940)).<br /><br />Sebagian orang datang kepada para peramal untuk mengetahui masa depan. Lalu peramal itu berkata, "Kamu akan menikah dengan si anu, akan memiliki anak demikian, dan semacamnya." Hal ini termasuk kekufuran, karena hal yang ghaib mutlak hanya diketahui Allah. Oleh karena itu Imam Ahmad dan al Hakim meriwayatkan hadits yang dishahihkan oleh al Albani dalam Shahiihul Jaami' dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda (artinya):<br /><br />"Barangsiapa mendatangi peramal atau dukun, <strong><span style="color:#ff0000;">lalu ia membenarkan</span></strong> apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur kepada (al Qur'an) yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam." (Shahih: Ahmad dan al Hakim. Shahiihul Jaami' (no. 5939)).<br /><br /><br />[28. KEYAKINAN TENTANG ZODIAK (RAMALAN BINTANG)]<br />================================================<br />Sebagian orang ada yang membuka majalah untuk melihat nasibnya hari ituu pada kolom: "Anda dan zodiak." Setelah disesuaikan dengan tanggal dan bulan kelahirannya, ia tahu zodiaknya dan ia baca ramalan apa yang tertulis untuknya hari itu. Ini semua termasuk syirik. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda (artinya):<br /><br />"Barangsiapa mendatangi peramal atau dukun, lalu ia membenarkan apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur kepada (al Qur'an) yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam. (Shahih: Ahmad dan al Hakim. Dishahihkan oleh al Albani dalam Shahiihul Jaami' (no. 5939)).<br /><br /><br />"Katakanlah: 'Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang <span style="color:#000099;">mengetahui perkara yang ghaib</span>, kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.'" (QS. an Naml: 65).<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />===============<br />Harus kita sadari bahwa agar aqidah kita lurus, agar kita tahu aqidah yang benar, maka mau tidak mau kita harus belajar menuntut ilmu agama Islam. Bagaimana seseorang bisa paham dengan aqidah yang benar <span style="color:#006600;"><em>kalau dia tidak pernah belajar</em></span>? Maka dari itu niatkan dalam hati kita untuk mulai belajar Agama Islam dan terus mempelajari Agama Islam ini.<br /><br />Alhamdulillah, sebagian kaum muslimin -baik yang muda dan juga yang tua- telah mulai semangat mempelajari Agama Islam ini. Jangan sampai Anda termasuk orang yang <span style="font-size:130%;color:#003300;">ketinggalan kereta...<br /></span><br /><br />Demikian, semoga bermanfaat.<br /><br /><br /><span style="color:#006600;"><span style="font-size:85%;">Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu 'Isa<br />di Depok 19 Februari 2010 Jam 10.00 Pagi</span> </span>Unknownnoreply@blogger.com27tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-64747281636551227832010-01-20T20:26:00.000-08:002010-01-20T20:41:36.169-08:00Kesaksian Seorang Dokter... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br />Judul : <span style="color:#ff0000;">Kesaksian Seorang Dokter</span><br />Penulis : dr. Khalid bin Abdul Aziz al Jubair, SpJP<br />Penerbit: Darus Sunnah<br />Cetakan : Kesebelas, Januari 2009<br />Halaman : 176<br /><br /><br />Buku yang sudah mencapai <span style="color:#006600;">cetakan ke-11</span> ini berisi kisah-kisah yang dialami oleh penulisnya sendiri yang merupakan seorang <span style="color:#990000;">dokter spesialis bedah dan jantung</span> di sebuah rumah sakit di Riyadh, Saudi Arabia. Ada puluhan kisah-kisah nyata yang sarat dengan pelajaran, nasehat dan hikmah yang bisa kita ambil. Kisah-kisahnya membuat kita merenung dan berintrospeksi terhadap diri kita, agar semakin dekat dengan Allah Jalla wa 'Ala.<br /><br />Pada ringkasan ini saya kutipkan dua kisah yang menarik diantara yang menarik dari buku tersebut. Yang pertama adalah tentang <span style="color:#000099;">keyakinan bahwa Allah-lah Yang Menyembuhkan</span>. Yang kedua adalah tentang pengobatan yang banyak dilupakan orang. Semoga kutipan ini bermanfaat bagi kaum muslimin.<br /><br /><br /><br />[KESABARAN DAN KEYAKINAN]<br />=========================<br />Saya berkunjung ke negara Maroko untuk mengadakan pengobatan -operasi <span style="color:#000066;">jantung</span>- secara cuma-cuma khusus untuk kalangan fakir miskin dengan dana sukarela dari seseorang di Saudi Arabia.<br /><br />Kunjungan itu saya awali dengan melakukan inspeksi (pemeriksaan dengan teliti yang dilakukan oleh pihak terkait) untuk mengetahui gambaran umum kondisi kesehatan di negara itu. Dalam acara ini saya ditemani oleh dr. Muhsin Ubaidillah yang bertindak sebagai asisten dan penterjemah, karena beliau adalah penduduk asli negara ini. Beliau juga melakukan banyak tugas dan pekerjaan dalam rangka menyukseskan acara saya ini. Semoga Allah membalas semua kebaikannya.<br /><br />Diantara pasien yang datang, ada seorang pasien yang telah berusia empat puluh tahun, ketika melihat keadaannya saya sangat khawatir, ia berjalan tiap dua langkah berhenti untuk menghela nafas, perutnya membuncit karena busung, kedua kakinya telah membengkak akibat dari jantung yang lemah, urat-urat nadi di lututnya telah membesar dan wajahnya menyiratkan rasa sakit dan penderitaan, Anda tidak akan mampu menyaksikannya.<br /><br />Ketika melihatnya seperti itu, saya merasa khawatir, dan lebih ngeri lagi saat saya memeriksa catatan kesehatannya, maka saya ingatkan dr. Muhsin agar tidak memasukkannya di dalam daftar orang-orang yang akan menjalani operasi. Karena berdasarkan perkiraanku, operasi tidak akan memberikan banyak manfaat untuknya, ditambah lagi bahwa kondisinya sangat mengkhawatirkan. Dalam hal ini saya berkewajiban untuk menyeleksi orang-orang yang mungkin mendapatkan manfaat dari proyek ini.<br /><br />Ternyata orang tersebut mengerti apa yang saya katakan kepada dr. Muhsin, maka ia segera menyahut, "Ingat apa yang dikatakan oleh Tuhan-ku, bukankah Dia telah berfirman,<br /><br /><span style="color:#990000;"><em>"Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku."</em></span> (QS. As-Syuara': 80).<br /><br />Dalam hal ini saya sangat yakin bahwa dengan izin Allah saya akan sembuh. <span style="color:#cc0000;">Wahai dokter, Anda hanya perantara saja</span> atas kesembuhan saya ini, maka operasilah saya, karena sesungguhnya Allah-lah yang akan menyembuhkan saya."<br /><br />Saya mencoba memberikan penjelasan dengan lemah lembut kepadanya, akan tetapi ia tetap bersikeras minta untuk dioperasi. Maka akhirnya saya katakan kepadanya, "Insya allah, tidak akan terjadi kecuali yang terbaik."<br /><br />Tak lama kemudian saya melihatnya bertayammum lalu mendirikan shalat zhuhur, saya bertanya kepadanya,<br /><br />"Kenapa tidak berwudhu?" Ia menjawab, "Saya tidak bisa, bahkan untuk melaksnakan shalat sambil berdiri pun saya tidak mampu."<br /><br />Mendengar penjelasan itu, saya hampir berubah pendirian untuk mengoperasinya, akan tetapi kemudian saya ingat, bahwa kedatanganku ke sini dengan perbekalan yang minim dan harus disalurkan kepada mereka-mereka yang diperkirakan akan mendapatkan hasil dari operasi ini dengan izin Allah.<br /><br />Ketika saya mulai melakukan operasi kepada para pasien, orang itu dua kali datang kembali, akan tetapi ia ditolak oleh dr. Muhsin.<br /><br />Pada minggu terakhir dari masa tugasku dr. Dzafir al Khudhairi, ahli Anestesi -pembiusan-, harus meninggalkanku untuk urusan yang penting, yang mana kami berdua telah sepakat sebelumnya bahwa operasi untuk kondisi seperti orang ini tidak mungkin untuk dilaksanakan di sini. Dan beliau telah menolak untuk melaksanakan anestesi -pembiusan- terhadap seseorang yang kondisinya lebih bagus daripada orang ini.<br /><br />Setelah dr. Dzafir pergi, pada minggu terakhir ini posisi anestesi digantikan oleh dr. Musthafa al Sabit, beliau adalah seorang dokter yang cukup terkenal dan berjiwa militer.<br /><br />Pada minggu ini pula dr. Muhsin harus beristirahat dua hari karena sakit. Orang tersebut datang ke rumah sakit lagi dan kemudian dr. Ilmi yang tidak tahu duduk permasalahannya memasukkan orang tersebut ke dalam daftar tunggu pasien operasi.<br /><br />Biasanya saya memeriksa pasien yang akan menjalani operasi pada malam hari sebelum tiba hari pelaksanaan operasi, tepat pada malam hari di mana besok paginya orang tersebut mendapatkan giliran operasi, saya diundang untuk makan malam di kota al Ribath yang memakan waktu sekitar satu setengah jam perjalanan dengan mobil dari al Dar al Abhyadh, sehingga saya pulang larut malam dan malas untuk pergi memeriksa pasien yang akan dioperasi esok hari, aku berkata kepada diri sendiri, "Insya Allah, besok aku akan berangkat pagi-pagi untuk memeriksa pasien yang akan dioperasi."<br /><br />Akan tetapi apa yang terjadi? Allah takdirkan saya bangun kesiangan, pada jam setengah sembilan, maka dengan tergesa-gesa saya berangkat ke rumah sakit. Sesampainya di sana ternyata pasien telah siap, sekilas saya memeriksa laporan dan tidak menelitinya dengan cermat. Pada saat itu saya hanya konsentrasi pada hal-hal yang perlu dilaksanakan terhadap pasien, yakni membenahi tiga titik katup.<br /><br />Operasi telah saya mulai dan berjalan sesuai dengan rencana sedangkan pasiennya dalam kondisi yang sangat stabil dan tenang.<br /><br />Saya menuju ke ruang staff bagian jantung, lalu pergi beberapa saat untuk memenuhi beberapa keperluan dan kembali ke rumah sakit untuk melihat pasien-pasien yang telah dioperasi hari ini, dilanjutkan dengan memeriksa pasien-pasien yang akan menjalani operasi esok hari.<br /><br />Tiba-tiba dr. Muhsin mengajakku menuju ke bangsal pemulihan sambil berkata, "Mari, kita lihat salah seorang pasien." Di sana saya mendapati orang yang kondisinya sangat mengkhawatirkan itu tengah duduk di atas bangsal pemulihan dalam keadaan yang sangat stabil tanpa alat bantu pernafasan karena telah dilepaskan darinya.<br /><br />Sesaat setelah melihatku, ia segera membaca firman Allah,<br /><br /><em><span style="color:#006600;">"Dan apabila aku sakit, Dia-lah Yang Menyembuhkan aku." (QS. As Syuara': 80).<br /></span></em><br />Lalu berkata, "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu wahai dokter, sesungguhnya Tuhan-ku akan menyembuhkanku, sedangkan Anda tidak lain hanyalah perantara."<br /><br />Saya bertanya kepada dr. Muhsin, "Bagaimana pasien ini bisa masuk?" Maka beliau mengkisahkan jalan ceritanya yang memang tidak saya ketahui sebelumnya, dr. Muhsin berkata, "Ketika saya absen karena sakit kemarin, orang ini mendatangi dr. Ilmi, maka beliau memasukkannya ke dalam daftar pasien yang menjalani operasi hari ini, karena beliau mengira Anda telah menyetujui orang ini untuk masuk ke ruang operasi.<br /><br />Dan pagi ini ketika saya tiba di ruang operasi saya dikejutkan oleh keberadaan pasien ini di sana, maka saya jelaskan kepada dr. Mushthafa al Sabit -ahli anestesi- bahwa Anda tidak bersedia untuk melakukan operasi atas pasien ini berdasarkan pertimbangan resikonya.<br /><br />Orang ini menangis dan memohon kepada dr. Mushthafa, ia terus merengek hingga akhirnya dr. Mushthafa menyerah dan melakukan pembiusan terhadap pasien ini.<br /><br />Beliau diingatkan kembali bahwa Anda -dr. Khalid penulis buku ini- tidak bersedia melakukan operasi apapun terhadap orang ini, akan tetapi dr. Mushthafa bersikeras bahwa beliau yang bertanggung jawab dan beliau akan menjelaskannya kepada Anda, begitulah kisahnya."<br /><br /><span style="color:#003300;">Seminggu kemudian pasien tersebut telah keluar dari rumah sakit</span> dan tiga bulan kemudian kembali melakukan aktifitasnya yang telah ia tinggalkan sejak dua tahun yang lalu.<br /><br />Saudara saudariku sekalian, sesungguhnya orang ini telah <span style="color:#666600;"><strong>menyerahkan dirinya dan bertawakal</strong></span> sepenuhnya kepada Allah, maka Allah Ta'ala memberinya kesabaran dan keyakinan akan datangnya kesembuhan, karena itu ia memaksakan diri untuk menjalani operasi dengan penuh keyakinan bahwa Allah Yang Maha Pemberi dan Maha Mulia akan menyembuhkannya, Allah Ta'ala berfirman,<br /><br />"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya." (QS. Ath Thalaq: 2-3).<br /><br />Kejadian ini merupakan bukti nyata bahwa, jika Allah Ta'ala mentakdirkan sesuatu, maka Allah Ta'ala akan memudahkan jalan untuk ke sana, memberikan sarana pendukungnya dan hal itu harus dan pasti terjadi. Allah Ta'ala berfirman,<br /><br />"Sesungguh-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia." (QS. Yasin: 82).<br /><br />Dalam kejadian di atas Allah Ta'ala menyingkirkan semua dokter yang menjadi penghalang terjadinya proses operasi, Mahasuci Allah.<br /><br /><br /><br />[OBAT YANG TERLUPAKAN 2]<br />===========================<br />Salah seorang pasien wanita yang terakhir saya tangani di Maroko saat saya sedang mengikuti proyek pengobatan gratis atas dukungan yang terhormat Amir Sulthan Abdul Aziz hafizhahullah, ia dalam kondisi yang sangat kritis sebelum menjalani operasi saat itu, dengan bertawakal kepada Allah Ta'ala kami melakukan proses operasi dengan penuh susah payah.<br /><br />Setelah operasi dilakukan, tekanan darahnya turun dengan drastis, tekanan maksimalnya berkisar antara empat puluh hingga lima puluh, saluran kencingnya berhenti, sehingga kondisinya menjadi sangat mengkhawatirkan, hingga kami memprediksikan bahwa harapan sembuhnya sangat kecil sekali. Setelah mengupayakan pertolongan selama kurang lebih dua jam, kondisinya tidak juga membaik bahkan semakin memburuk.<br /><br />Setelah didera oleh kepenatan sekian lama, saya teringat sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam,<br /><br /><em><span style="color:#003300;">"Barang siapa menjenguk seorang yang sedang menderita sakit yang ajalnya belum tiba, lalu ia membaca doa 'saya memohon kepada Allah Yang Maha Besar, Penguasa Arsy Yang Agung agar Dia menyembuhkanmu' sebanyak tujuh kali kecuali pasti Allah akan menyembuhkannya dari penyakit tersebut." (HR. Abu Dawud (3/3106), Tirmidzi (4/410) (2038) dan dishahihkan oleh Al Albani (6388)).</span></em><br /><br />Segera saya berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya.<br /><br />Tiba-tiba sekitar dua menit, saya melihat keadaannya mulai membaik, demikian pula tekanan darahnya mulai membaik juga, dan kencingnya berjalan dengan lancar.<br /><br />Setelah dua hari berada di ruang pemulihan, ia diperbolehkan untuk keluar, dan <span style="color:#000066;">seminggu kemudian ia pulang ke rumahnya</span>. Bagi Allah-lah segala puji dan syukur.<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />=================<br /><span style="color:#cc0000;">Amat disayangkan</span>, sebagian orang ketika sakit, maka yang diingat pertama kali adalah dokter. Harusnya yang diingat pertama kali adalah Allah, karena Dia-lah Yang Menyembuhkan dan dokter hanyalah perantara saja. Keyakinan ini tidak boleh terlupa dan tidak boleh dilupakan oleh kaum muslimin, karena termasuk dalam perkara <span style="color:#990000;">tauhid</span>. Agar ketika kita sakit, kita langsung ingat bahwa yang menyembuhkan hanyalah Allah Jalla wa 'Ala. Alangkah bagusnya perkataan penulis buku tersebut pada halaman 60:<br /><br />"Ketika orang yang sakit mempunyai hubungan yang kuat dengan Tuhan yang menguasai segala penyakit beserta obatnya, maka saat itu ia telah memiliki obat yang lebih bagus dari obat-obatan apapun."<br /><br />Keyakinan ini harus ada pada hati kaum muslimin, berdasarkan ayat al Qur'an:<br /><br />"Dan apabila aku sakit, Dia-lah Yang Menyembuhkan aku." (QS. As Syuara': 80).<br /><br /><br /><br />Demikian semoga ringkasan ini memberi manfaat bagi kaum muslimin.<br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;">Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Isa Hasan Cilandak<br />Bulan Januari tanggal 21, 2010 Jam 11.22 WIB<br />Semoga Allah menjaga kedua orang tuanya<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com21tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-91969930788067118052009-11-15T14:39:00.000-08:002009-11-15T14:53:04.545-08:00Untaian Mutiara Kehidupan Para Salaf... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br />Judul : Untaian Mutiara Kehidupan Para Salaf<br />Penulis : Sholahuddin Abu Faiz bin Mudasim<br />Penerbit : Pustaka al Furqan<br />Cetakan : I, Shofar 1430 H<br />Halaman : xvi+144<br /><br /><br /><br />"... <span style="font-family:courier new;">Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah kisah itu agar mereka berpikir</span>." (QS. al A'raaf [7]: 176).<br /><br /><br />Salah satu metode dalam belajar adalah dengan melalui kisah-kisah. Agar dapat <span style="color:#009900;">diambil ibroh</span> atau pelajaran dari kisah tersebut. Sehingga orang yang mendengar kisahnya dapat berpikir, merenung untuk mengambil hikmahnya. Salah satu buku yang menempuh metode ini adalah sebuah buku karya Ustadz Sholahuddin Abu Faiz yang memuat banyak kisah kisah. Ada sekitar 16 kisah yang memuat banyak faedah.<br /><br />Kisah kisah tersebut adalah<br />1. Amal Baik Menjadi Jalan Keluar<br />2. Tragedi Ashabul Ukhdud<br />3. Matahari Tunduk Kepada Seorang Nabi<br />4. Penduduk Surga yang Terakhir<br />5. <span style="color:#000099;">Penduduk Surga Bercocok Tanam</span>, Adakah?<br />6. Tuduhan Keji Atas Nabi Musa 'Alaihissalam<br />7. Karomah Tiga Bayi Ajaib<br />8. Nabi Ibrahim 'Alaihissalam Tiga Kali Berdusta<br />9. Dajjal Malapetaka Akhir Zaman<br />10. Mayit Bangkit dari Kuburnya<br />11. Persaksian Binatang yang Terzalimi<br />12. Masuk Surga Karena Membuang Duri<br />13. Di Balik Wasiat Menjelang Kematian<br />14. Si Pembunuh Masuk Surga<br />15. Dialog yang Membawa Rahmat<br />16. Balasan Bagi Seorang Penipu<br /><br /><br />Dalam ringkasan buku ini saya kutipkan salah satu kisah dari buku tersebut. Yaitu dari kisah terakhir, "Balasan Bagi Seorang Penipu". Mutiara kisah yang ada padanya pun tidak saya sertakan semuanya. Semata mata untuk ringkasnya tulisan ini.<br /><br /><br /><br />[BALASAN BAGI SEORANG PENIPU]<br />==================================<br />Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dari Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam, beliau bersabda:<br /><br />"Ada seorang laki laki yang pekerjaannya menjual khomr (arak) di dalam kapal, lalu ia mencampur khomr itu dengan air sedang bersamanya ada seekor kera. Tiba tiba kera itu mengambil kantong (uangnya) lalu naik ke tiang kapal, kemudian menumpahkan sebagian dinarnya ke laut dan sebagian dinar yang lain ke dalam kapal, hingga membuatnya menjadi dua bagian."<br /><span style="font-family:courier new;">(HR. Imam Ahmad 2/306, dishohihkan oleh al Albani dalam Silsilah Ahadits ash Shohihah 6/628 no. 2844).</span><br /><br /><br />IBROH<br />--------<br />Sebuah kisah unik yang pantas menjadi pelajaran bagi kita tentang suatu kebiasaan jelek pada diri seorang <span style="font-family:verdana;color:#990000;">pedagang</span>. Demi meraup keuntungan yang banyak, ia hendak menipu manusia. Ia mencampur khomr dagangannya dengan air agar menjadi banyak dan akan menghasilkan uang yang banyak pula. Akan tetapi, seekor kera cerdik telah mengadilinya. Bergegas si kera mengambil kantong uang hasil dagangannya dan menumpahkan sebagiannya ke laut dan sebagian lagi ke dalam kapal. Barangkali itulah balasan yang pantas diterimanya tatkala di dunia ini. Dan di akhirat kelak dia akan mendapatkan balasan yang jelek karena penipuannya tersebut.<br />Praktik praktik yang demikian pun <span style="color:#663366;">kerap kita jumpai </span>di zaman kita sekarang ini, seorang pedagang <span style="color:#990000;">mencampur</span> barang dagangan yang baik dengan yang jelek, barang barang yang memiliki harga mahal dicampur dengan barang yang harganya murah, mereka mencampur susu dengan air, mencampur madu dengan larutan gula, mencampur bensin dengan minyak tanah atau mencampur minyak tanah itu sendiri dengan air agar menjadi banyak. Mereka adalah orang orang yang <span style="color:#660000;">memakan harta manusia dengan cara yang batil</span>, padahal harta yang mereka ambil itu adalah kemurkaan Allah yang mereka akan dibalas karenanya. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br /><br />"Sesungguhnya tidaklah masuk surga daging yang tumbuh dari kemurkaan Allah dan neraka lebih pantas untuknya."<span style="font-family:courier new;"> (HR. Ahmad: 28/468).</span><br /><br />Adz Dzahabi rahimahullah berkata: "Termasuk di dalamnya juga, harta yang diambil dari pemungut cukai, para perampok, pencuri, <strong><span style="color:#990000;">koruptor</span></strong>, dan pezina semuanya termasuk dosa dosa besar. Dan (begitu) pula seorang yang meminjam barang pinjaman kemudian mengingkarinya, seorang yang <span style="color:#993300;">mengurangi timbangan atau takaran</span>, seorang yang menemukan barang temuan tetapi tidak berusaha mengumumkannya tetapi ia memakannya, dan seorang yang menjual barang dagangan yang ada cacatnya kemudian ia menutup nutupinya. Demikian juga berjudi dan yang semisalnya. (Semuanya) adalah termasuk dosa dosa besar berdasarkan hadits di atas, sekalipun masih ada sebagiannya yang diperselisihkan."<br /><br />Bila ada yang mengatakan <span style="color:#000066;">mengapa laki laki</span> tersebut dicela sebab mencampur khomr dengan air dan tidak dicela sebab berjualan khomr padahal khomr adalah sesuatu yang diharamkan oleh Allah? Maka jawabnya adalah bahwa khomr pada waktu itu <span style="color:#006600;">bukanlah</span> sesuatu yang haram dalam syari'at laki laki tersebut. Demikian pula pada awal awal Islam, khomr adalah minuman yang halal di kota Madinah. Kemudian <span style="color:#000066;">setelah beberapa waktu</span> peminumnya dicela tetapi belum sampai diharamkan, sebagaimana firman Allah:<br /><br />"Mereka bertanya kepadamu tentang khomr dan judi. Katakanlah: 'Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya'" (QS. al Baqarah: 219).<br /><br />Kemudian <span style="color:#000066;">setelah beberapa waktu</span>, meminum khomr diharamkan pada waktu seorang hendak melaksanakan shalat saja sekali pun masih diperbolehkan untuk memperjualbelikannya, sebagaimana firman Allah:<br /><br />"Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan..." (QS. an Nisaa': 43).<br /><br /><span style="color:#000066;">Baru kemudian</span> diharamkanlah khomr setelah itu secara tegas oleh Allah sebagaimana dalam firman Nya:<br /><br />"Hai orang orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khomr, judi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasih dengan panah adalah termasuk perbuatan setan, maka jauhilah perbuatan perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan." (QS. al Ma'idah: 90).<br /><br />Diceritakan bahwa setelah turunnya ayat tersebut <span style="color:#000066;">jalan jalan kota Madinah dibanjiri khomr</span>.<br /><br /><br />MUTIARA KISAH:<br />=================<br />Kisah di atas merupakan peringatan keras dari praktik praktik penipuan yang umum terjadi dikalangan manusia, karena harta yang didapat dari praktik penjualan semacam itu dapat lenyap di dunia sebelum hilang pula nanti di akhirat. Sungguh Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam melarang keras praktik praktik penipuan, seperti dalam sabda beliau:<br /><br />"<span style="color:#990000;">Barang siapa yang menipu kami, maka dia bukanlah termasuk golongan kami</span>." <span style="font-family:courier new;">(HR. Muslim 1/69).<br /></span><br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />=================<br />Banyak sekali praktek praktek kecurangan dan penipuan yang ada di masyarakat kita. Ada seorang pedagang yang berbuat curang dengan memainkan timbangannya, ada yang menutupi cacat barang dagangannya, dll. Saya mengira para pembaca pun pernah menjumpai atau bahkan pernah menjadi korban dari praktek praktek kecurangan seperti ini.<br /><br />Hendaklah setiap orang mencari harta dengan cara cara yang halal agar memperoleh keberkahan. Harta yang sedikit tapi berkah insya Allah lebih baik daripada harta yang banyak tetapi diperoleh dari kecurangan, penipuan dan manipulasi. <span style="color:#003300;">Buat para ibu,</span> hendaknya ingatkan para suaminya agar mencari nafkah dengan cara yang halal. Ingatkan suaminya ketika <span style="color:#003300;">melepasnya</span> pergi mencari nafkah,<br /><br /><em>"Kami bisa bertahan dari lapar dan haus, tetapi kami tidak bisa tahan dari panasnya api neraka."<br /></em><br /><br /><br />Semoga bermanfaat.<br /><br /><span style="font-family:georgia;font-size:85%;">Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Isa Hasan Cilandak<br />Malam bulan November tanggal 15, 2009 Jam 21.03 WIB<br />Semoga Allah menjaga kedua orang tuanya </span><br /><span style="font-family:georgia;font-size:85%;"></span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-32147762869528399492009-09-28T22:12:00.000-07:002009-09-28T22:20:20.511-07:00Indahnya Fiqih Praktis Makanan... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br /><br />Judul : Indahnya Fiqih Praktis Makanan<br />Penulis : Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi dan Abu Abdillah Syahrul Fatwa<br />Penerbit : Pustaka Al Furqan<br />Cetakan : Pertama, Sya'ban 1429 H<br />Halaman : vi+99<br /><br /><br /><br /><span style="color:#006600;">Makanan mempunyai pengaruh yang dominan bagi orang yang memakannya</span>. Makanan yang halal dan bersih akan membentuk jiwa yang suci dan jasmani yang sehat. Sedangkan makanan yang haram akan membentuk jiwa yang keji dan hewani.<br /><br />Buku ini adalah buku yang perlu dan penting dibaca oleh kaum muslimin. Karena memuat kaidah kaidah praktis tentang makanan yang halal dan makanan yang haram. Sehingga kaum muslimin dapat membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Dua hal yang menarik perhatian saya dari buku ini. Yang pertama adalah memuat kaidah praktis (yang mudah kita terapkan) tentang makanan yang halal dan makanan yang haram. Dan yang kedua adalah buku ini memuat <span style="color:#666600;">daftar binatang yang halal dan binatang yang haram</span>.<br /><br />Pada ringkasan ini saya kutipkan sebagian isi dari buku tersebut dari pasal-pasal yang paling menarik untuk disimak. Semua pasalnya memang menarik, tetapi hanya saya kutipkan sebagiannya saja, dan itu pun dengan meringkasnya. Footnote tidak saya sertakan hanya dimana perlu saja.<br /><br /><br /><br />[MAKANAN PADA ASALNYA HALAL]<br />------------------------------------<br />Ketahuilah wahai saudaraku seiman -semoga Allah merohmatimu- bahwa <span style="color:#660000;"><span style="color:#cc0000;">asal</span> hukum segala jenis makanan</span>, baik dari hewan, tumbuhan, laut, maupun daratan adalah <span style="color:#ff0000;">halal</span> sampai ada dalil yang mengharamkannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya):<br /><br />"Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu..." (QS. al Baqarah: 29).<br /><br />Allah juga berfirman (yang artinya):<br />"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi..." (QS. al Baqarah: 168).<br /><br />Imam Syafi'i berkata, "<span style="color:#009900;">Asal hukum makanan dan minuman adalah halal</span> kecuali apa yang diharamkan oleh Allah dalam al Qur'an-Nya atau melalui lisan Rasulullah, karena apa yang diharamkan oleh Rasulullah sama halnya dengan pengharaman Allah." (al Umm 2/213).<br /><br />Tidak boleh bagi seorang pun mengharamkan suatu makanan kecuali berlandaskan dalil dari al-Qur'an dan hadits yang shohih. Apabila seseorang mengharamkan tanpa dalil, maka dia telah membuat kedustaan kepada Allah, Robb semesta alam. Firman Nya (yang artinya):<br /><br />"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut sebut oleh lidahmu secara dusta: 'Ini halal dan ini haram,' untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung." (QS. An Nahl: 116).<br /><br /><br /><br />[MAKANAN HARAM DALAM AL QUR'AN]<br />---------------------------<br />Karena <span style="font-family:courier new;color:#000099;">asal hukum makanan adalah halal, maka Allah tidak merincinya dalam al Qur'an</span>. Lain halnya dengan makanan haram, Allah telah merincinya secara detail dalam al Qur'an atau melalui lisan Rosul Nya yang mulia. Allah berfirman (yang artinya) :<br /><br />"Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan Nya atasmu, kecuali yang terpaksa kamu memakannya." (QS. al An'am: 119).<br /><br />Perincian penjelasan tentang makanan haram dapat kita temukan dalam surat al Maidah ayat 3 sebagai berikut:<br /><br />"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya..." (QS. al Maidah: 3).<br /><br /><span style="color:#660000;">Dari ayat di atas dapat kita ketahui beberapa jenis makanan <span style="color:#ff0000;">haram</span>, yaitu:<br /></span><br />1. Bangkai<br />Pengecualian: yaitu bangkai ikan dan belalang berdasarkan hadits :<br /><br />Dari Ibnu Umar radhiyallahu'anhu berkata, "Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah. Adapun dua bangkai yaitu ikan dan belalang, sedangkan dua darah yaitu hati dan limpa." (Shohih. Diriwayatkan Imam Ahmad 2/97, dishohihkan oleh al Albani dalam ash Shohihah 1118 dan al Misykah 4132).<br /><br />Rasulullah juga pernah ditanya tentang air lau, maka beliau bersabda:<br /><br />"Laut itu suci airnya dan halal bangkainya." (Shohih. Lihat Irwaul Gholil 9 dan ash Shohihah 480 oleh al Albani).<br /><br />2. Darah<br />Pengecualian:<br />- hati dan limpa<br />- sisa sisa darah yang menempel pada daging, tulang, atau leher setelah disembelih.<br />Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, "Pendapat yang benar, bahwa darah yang diharamkan oleh Allah adalah darah yang mengalir. Adapun sisa darah yang menempel pada daging, maka tidak ada satu pun dari kalangan ulama yang mengharamkannya."<br /><br />3. Daging babi<br />Baik babi peliharaan maupun liar, dan mencakup seluruh anggota tubuh babi termasuk minyaknya.<br /><br />4. Sembelihan dengan selain nama Allah Subhanahu wa Ta'ala<br />5. Sembelihan untuk selain Allah<br />6. Hewan yang diterkam binatang buas<br /><br /><br /><br />[MAKANAN HARAM DALAM AS SUNNAH]<br />---------------------------<br />Sesungguhnya sunnah Nabi shallallahu'alaihi wa sallam yang shohih adalah juga wahyu dari Allah. Oleh karenanya, apa yang diharamkan oleh Rosulullah juga berasal dari Allah, yang konsekuensinya wajib bagi kita untuk menerimanya. <span style="color:#333399;">Berikut beberapa hewan yang diharamkan oleh Rasulullah di dalam hadits haditsnya:</span><br /><br />1. Binatang buas yang bertaring<br />2. Khimar ahliyah (keledai jinak)<br />3. al Jalalah<br />Maksud al jalalah yaitu setiap hewan, baik hewan berkaki empat maupun berkaki dua, yang makanan pokoknya adalah kotoran kotoran, seperti manusia atau hewan, dan sejenisnya.<br /><br />4. Adh Dhob (hewan sejenis biawak) bagi yang merasa jijik<br /><br />5. Hewan yang diperintahkan agama supaya dibunuh<br />Dari Aisyah radhiyallahu'anhuma berkata, Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, "Lima hewan fasik yang hendaknya dibunuh, baik di tanah halal maupun di tanah haram, yaitu ular, gagak, tikus, anjing hitam." (HR. Muslim 1190).<br /><br /><span style="color:#006600;">Imam Ibnu Hazm mengatakan dalam al Muhalla</span> (6/73-74), "Setiap binatang yang diperintahkan oleh Rasulullah supaya dibunuh, maka tidak ada sembelihan baginya karena Rasulullah melarang menyia nyiakan harta, dan tidak halal membunuh binatang yang tidak dimakan."<br /><br />6. Hewan yang dilarang untuk dibunuh<br /><span style="color:#3333ff;">Imam Syafi'i dan para shahabatnya mengata</span>kan, "Setiap hewan yang dilarang dibunuh berarti tidak boleh dimakan, karena seandainya boleh dimakan, tentu tidak akan dilarang membunuhnya."<br /><br />Ibnu Umar radhiyallahu'anhu berkata, "Janganlah kalian membunuh katak, karena bunyi yang dikeluarkan katak adalah merupakan tasbih." (HR. al Baihaqi dalam Sunan Kubro (9/318) dengan sanad shohih).<br /><br /><br /><br />[HUKUM BINATANG YANG HIDUP DI DUA ALAM]<br />---------------------------------------<br />Ada sebuah pertanyaan yang sering muncul sebagai berikut, "Adakah ayat al Qur'an atau hadits shohih yang menyatakan bahwa binatang yang hidup di dua alam hukumnya haram untuk dimakan, seperti kepiting, kura kura, anjing laut, dan kodok?"<br /><br />Jawaban secara global: perlu kita ingat lagi <span style="color:#ff0000;">kaidah</span> penting tentang makanan, yaitu asal segala jenis makanan adalah halal kecuali apabila ada dalil yang mengharamkannya. Dan sepanjang pengetahuan kami tidak ada dalil dari al Qur'an dan hadits shohih yang menjelaskan tentang haramnya hewan yang hidup di dua alam (laut dan darat). Dengan demikian maka asal hukumnya adalah halal kecuali ada dalil yang mengharamkannya.<br /><br />Adapun jawaban secara terperinci: kepiting hukumnya halal, sebagaimana pendapat Atho' dan Imam Ahmad. Kura kura atau penyu juga halal sebagaimana madzhab Abu Hurairah, Thowus, Muhammad bin Ali, Atho', Hasan al Bashri, dan fuqoha Madinah. Anjing laut juga halal sebagaimana pendapat Imam Malik, Syafi'i, Laits, Sya'bi, dan al Auza'i. <span style="color:#000066;">Adapun kodok atau katak, maka hukumnya haram</span> secara mutlak menurut pendapat yang kuat karena termasuk hewan yang dilarang dibunuh sebagaimana penjelasan di atas. Wallahu'alam.<br /><br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />---------------<br />Makanan mempunyai pengaruh yang besar bagi orang yang memakannya. Maka dari itu pilah pilih mana makanan yang halal dan mana makanan yang haram. Buku ini memberikan panduan yang praktis dan mudah diterapkan bagi kita. Termasuk masalah masalah aktual seperti pemboikotan produk orang kafir, makanan impor dari negeri kafir, dll.<br /><br />Memang harus berhati hati agar diri kita tidak memakan makanan yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Makanan yang haram jelas akan membuat tertolaknya doa kita. Sebagiamana dijelaskan dalam hadits Nabi shallallahu'alaihi wa sallam:<br /><br />"Kemudian beliau menceritakan seorang laki laki yang telah menempuh perjalanan jauh, berambut kusut dan penuh dengan debu. Dia menadahkan kedua tangannya ke langit dan berkata, 'Wahai Rabbku, Wahai Rabbku...'<span style="color:#990000;"> </span><em><span style="color:#990000;">sedangkan makanannya hara</span><span style="color:#cc0000;">m</span></em>, pakaiannya haram dan ia dikenyangkan dengan barang haram, maka bagaimana doanya akan dikabulkan?" (HR. Muslim, lihat Arbain an Nawawiyah hadits no. 10).<br /><br />Amboi, kita memang harus benar benar menuntut ilmu, agar mengetahui mana yang diharamkan dan mana yang dihalalkan oleh agama Islam.<br /><br /><br />Demikian semoga bermanfaat.<br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-family:courier new;"><span style="font-size:85%;">Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Isa Hasan Cilandak<br />Menjelang Dhuhur di Depok, 29 September 2009<br />Semoga Allah menjaga kedua orang tuanya</span> </span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-76765537160304685102009-06-19T21:46:00.000-07:002009-06-19T21:59:49.843-07:00Untukmu yang Berjiwa Hanif... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br /><br />Judul : Untukmu yang <span style="color:#006600;">Berjiwa Hanif<br /></span>Penulis: Armen Halim Naro<br />Penerbit: Pustaka Darul Ilmi-Bogor<br />Cetakan : Ketiga, Maret 2008<br />Halaman: x+185<br /><br /><br />Ini merupakan buku best seller buah karya Ustadz Armen Halim bin Jasman Naro bin Nazim bin Durin rahimahullah, seorang putra <span style="color:#990000;">Pekanbaru</span>. Buku ini diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai fitrah yang lurus dan <span style="color:#006600;">hati yang hanif</span>. Untuk mereka yang menempuh perjalanan panjang mencari kebenaran sebagaimana jalan yang ditempuh oleh Salman al Farisi dan Waraqah bin naufal.<br /><br />Buku ini memuat lima bab dan satu bab penutup. Yaitu<br />Bab satu berisi muqaddimah.<br />Bab dua berisi hakikat kehidupan.<br />Bab tiga berisi gerbang hidayah.<br />Bab empat berisi menuju cara beragama yang benar.<br />Bab lima berisi menuju madzhab salaf.<br />Bab enam berisi penutup.<br /><br />Dalam ringkasan ini hanya dikutipkan sebagian isi dari buku tersebut sebagai gambaran untuk para pembaca. Yaitu dari bab Menuju Cara Beragama yang Benar. Tidak semuanya, tetapi dengan meringkasnya. Footnote tidak saya sertakan.<br /><br /><br />[MENUJU CARA BERAGAMA YANG BENAR]<br />----------------------------------<br />Setelah seseorang diantar ke gerbang hidayah, dituntun oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ke pintu Islam, berarti ia telah mendapatkan setengah kebahagiaan. Akan tetapi, apakah hanya sampai di sana riwayat kebahagiaannya? Sampai disitukah pencariannya terhadap kebenaran? Tentu tidak, seseorang yang menghendaki hidayah kedua dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, hendaklah ia mengolah hidayah yang pertama.<br /><br /><span style="color:#336666;">Hidayah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang pertama</span> adalah keinginan untuk mencari kebenaran, lalu hamba tersebut mengolahnya dengan ilmu dan iman serta usaha dan amal, maka akan menghasilkan <span style="color:#000099;">hidayah kedua dari Allah Subhanahu wa Ta'ala</span> yaitu taufiq Allah Subhanahu wa Ta'ala pada seorang hamba dalam kebenaran pada semua tindakannya. Itulah yang disebut oleh Allah dalam al Qur'an,<br /><br />"Dan <span style="color:#000099;">orang yang berjuang di jalan Kami</span>, akan Kami berikan kepada mereka hidayah jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al Ankabut: 69).<br /><br />Para ulama berkata, "Kami beri mereka taufiq, untuk mendapatkan sasaran yang benar menuju jalan yang lurus, jalan itu yang mengantarkan mereka pada ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala."<br /><br />"Dan Allah tambahkan orang yang diberi hidayah itu dengan hidayah." (QS. Maryam: 76).<br /><br />Penafsiran ayat ini ada 5 pendapat, yaitu:<br />1. Allah tambahkan dengan tauhid sebagai iman.<br />2. Allah tambahkan pemahaman dalam agama.<br />3. Allah tambahkan keimanan setiap kali turun wahyu.<br />4. Allah tambahkan iman dengan nasikh wal mansukh.<br />5. Allah tambahkan orang yang mendapatkan yang mansukh, petunjuk yang nasikh.<br /><br />Zajjaj rahimahullah berkata (maknanya), "Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menambah keyakinan mereka, sebagaimana orang kafir ditambahkan kesesatan bagi mereka."<br /><br />Orang yang memperolah hidayah kedua merupakan orang pilihan Allah dan dialah wali Allah, sebagai tingkat keimanan muslim yang tertinggi. Buah dari kewalian tersebut adalah kecintaan dan pembelaan Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap hamba tersebut pada setiap kondisi dan keadaan.<br /><br />Untuk menggapai hidayah yang kedua seorang muslim harus memenuhi beberapa <span style="color:#993300;">kriteria</span>, diantaranya:<br /><br /><span style="color:#006600;">1. BERJIWA HANIF</span><br />Hanif secara bahasa ialah 'condong kepadanya', orang yang hanif yaitu orang yang condong kepada kebenaran, kepribadian yang lurus dan istiqamah.<br /><br /><br />2. BERSERAH DIRI<br />Jika seseorang hendak mencari kebahagiaan dan jalan menujunya mudah, maka tentu pintu itu adalah pintu penyerahan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Penyerahan diri dalam perintah dan larangan-Nya, Iman dan Islam kepada-Nya, mengikuti kabar dan berita yang disampaikan-Nya.<br /><br />Allah mengabarkan bahwa cara beragama yang baik adalah dengan berserah diri, (dalam firman-Nya):<br /><br />"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas <span style="color:#333300;">menyerahkan dirinya kepada Allah</span>, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?" (QS. An Nisa: 125).<br /><br /><br />3. MEMILIKI MOTIVASI<br />Seseorang yang memperoleh hidayah mempunyai kemauan yang kuat dan motivasi yang tinggi, karena yang dicarinya adalah surga yang luasnya meliputi langit dan bumi. Jika orang yang mencari dunia memerlukan semangat dan motivasi, tentu yang mencari akhirat lebih lagi.<br /><br />Contoh terbaik dalam kemauan yang keras dalam mencari kebenaran adalah Salman al Farisi Radhiyallahu'anhu. Ia meninggalkan<span style="color:#990000;"> </span><span style="color:#660000;">kekayaan dan kebesaran orang tuanya di Persia</span>, dan berpindah dari negeri ke negeri dan dari guru ke guru lain, hingga akhirnya terjual menjadi <span style="color:#660000;">budak</span> di pasar Madinah. Setelah perjalanan yang sangat panjang tersebut baru bertemu dan beriman dengan Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam, lalu akhirnya kembali ke Persia<br />menjadi <span style="color:#006600;">gubernur</span> di sana.<br /><br /><br />4. SABAR DAN YAKIN<br />Sekiranya akal dapat diumpamakan dengan sebuah benteng yang kokoh, maka yang perlu diwaspadai adalah serangan syahwat dan syubhat.... Penangkal syahwat dengan sabar dan penangkal syubhat dengan yakin. Ketika terjadi pertautan antara sabar dan yakin, lahirlah kepemimpinan dalam agama.<br /><br />Allah berfirman<br />"Dan Kami jadikan dari kalangan mereka itu pemimpin-pemimpin dengan perintah Kami karena mereka <span style="color:#003333;">bersabar</span>, dan mereka telah <span style="color:#003333;">sangat yakin dengan ayat-ayat Kami</span>." (QS. As Sajdah: 24).<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />----------------<br />Menarik sekali untuk kita simak dari bab Cara Beragama yang Benar. Harus ada usaha untuk mendapatkan hidayah. <span style="color:#003300;">Salman al Farisi</span> radhiyallahu'ahu telah memberikan contoh yang perlu kita ingat. Betapa perjalanan panjangnya membuahkan hasil, bertemu dan beriman kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam.<br /><br />Sebagian dari saudara-saudara kita pun telah menempuh <span style="color:#333300;">perjalanan panjang</span> untuk sampai kepada Islam dan Sunnah. Semoga Allah, Rabb Yang Bersemayam Di Atas Arsy selalu menyertai mereka dan tidak meninggalkannya.<br /><br /><span style="color:#660000;">"Dan orang yang berjuang di jalan Kami, akan Kami berikan kepada mereka hidayah jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al Ankabut: 69).</span><br /><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="color:#006600;">Ringkasan buku ini dibuat di RS. Bakti Yudha-Depok<br />Saat menunggui ibunda yang sedang dirawat<br />Semoga Allah selalu menjaganya<br />Depok 19 Juni 2009, jam 01.47 dini hari<br /></span><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-89495612433192317452009-05-12T22:34:00.000-07:002009-05-12T22:48:23.347-07:00Hukum Lagu, Musik, dan Nasyid... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br /><br />Judul : Hukum Lagu, Musik, dan Nasyid<br />Penulis : Yazid bin Abdul Qadir Jawas<br />Penerbit : Pustaka At Taqwa<br />Cetakan : Pertama, November 2008<br />Halaman : 128<br /><br /><br /><br />Buku ini memuat dalil dalil yang terang dan begitu gamblang tentang hukum lagu, musik, dan <span style="color: rgb(255, 0, 0);">nasyid</span>. Banyak hal yang dibahas dalam buku ini diantaranya adalah status hukum nyanyian dan musik; nyanyian dan alat musik yang dibolehkan syari'at; hukum nyanyian tanpa alat musik; hukum nyanyian shufi dan nasyid Islami; dll.<br /><br />Pada ringkasan ini hanya penulis kutipkan sebagiannya saja. Dalil dalil dari al Qur'an yang penulis kutipkan hanya satu saja dari tiga yang ada. Dalil dalil dari As Sunnah pun hanya satu saja dari enam hadits yang dibawakan di buku tersebut. Kemudian untuk perkataan para ulama tentang hal ini, penulis kutipkan sebagiannya saja dari jumlah semuanya yaitu 23. Dan footnote yang ada hanya saya sertakan sebagiannya saja. Semuanya ini demi ringkasnya tulisan ini.<br /><br /><br /><br />[DALIL DALIL DARI AL QUR'AN TENTANG<br />HARAMNYA NYANYIAN DAN MUSIK ]<br />---------------------------<br />Firman Allah Tabaaraka wa Ta'ala:<br />"Dan diantara manusia ada orang orang yang membeli <span style="color: rgb(0, 51, 0); font-weight: bold;">perkataan yang tidak berguna</span> (<span style="color: rgb(255, 0, 0);">lahwal hadiits</span>) untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikan jalan Allah sebagai olok olokan. Mereka itu memperoleh adzab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat ayat Kami, dia berpaling dan menyombongkan diri seolah olah dia tidak mendengarnya, seakan akan ada sumbat di kedua telinganya; maka <span style="color: rgb(102, 0, 204);">beri kabar gembiralah</span> dia dengan adzab yang pedih." (QS. Luqman: 6-7).<br /><br />Kalimat lahwal hadiits (perkataan yang tidak berguna) dalam ayat di atas ditafsirkan oleh para ulama tafsir dengan nyanyian.<br /><br />a. Dari Abu Shahba' al Bakri rahimahullah bahwasanya ia mendengar 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu'anhu ditanya tentang tafsir dari ayat ini, beliau radhiyallahu'anhu mengatakan,<br /><br />"Lahwal hadiits (perkataan yang tidak berguna) adalah <span style="color: rgb(204, 0, 0);">nyanyian</span>. Demi Dzat yang tidak ada ilah selain Dia." Beliau mengulang perkataannya tiga kali. (Lihat Tafsiir ath Thabari (X/202-203, no. 28040)).<br /><br />b. Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhu (wafat th. 68 H) juga menafsirkan lahwal hadiits dengan <span style="color: rgb(204, 0, 0);">nyanyian </span>dan sejenisnya.<br /><br />c. Mujahid bin Jabr rahimahullah (wafat th. 103 H) seorang imam ahli tafsir ternama di kalangan Tabi'in, dalam menafsirkan ayat ini beliau mengatakan bahwa yang dimaksud dengan lahwal hadiits adalah <span style="color: rgb(204, 0, 0);">nyanyian</span>.<br /><br />d. 'Ikrimah rahimahullaah (wafat th. 105 H) seorang murid Ibnu 'Abbas juga menafsirkan lahwal hadiits dengan <span style="color: rgb(204, 0, 0);">nyanyian</span>.<br /><br />e. Ibnu Jarir ath Thabari (wafat th. 310 H) rahimahullaah telah menyebutkan beberapa perkataan para ulama Salaf yang mengatakan bahwa maksud dari lahwal hadiits adalah semua perkataan (pembicaraan) yang melalaikan seseorang dari jalan Allah Ta'ala serta yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Termasuk juga <span style="color: rgb(204, 0, 0);">nyanyian</span>.<br /><br />f. Imam al Wahidi rahimahullaah (wafat th. 468 H) berkata, "Ayat ini, menurut tafsir ini (yakni tafsir para Shahabat), menunjukkan tentang haramnya <span style="color: rgb(204, 0, 0);">nyanyian</span>."<br /><br />g. Imam asy Syaukani rahimahullaah (wafat th. 1255 H) mengatakan dalam kitab tafsirnya bahwa makna dari lahwal hadiits adalah semua yang melalaikan seseorang dari kebaikan, contohnya seperti <span style="color: rgb(204, 0, 0);">nyanyian</span>, permainan, dongeng dongeng, dan setiap perbuatan munkar. Beliau rahimahullaah mengatakan, "Imam al Qurthubi rahimahullaah (wafat th. 671 H) mengatakan, 'Sesungguhnya tafsir yang tepat untuk lahwal hadiits adalah <span style="color: rgb(153, 0, 0);">nyanyian</span>, dan ini merupakan tafsir para shahabat dan tabi'in.'"<br /><br /><br /><br />[DALIL DALIL DARI AS SUNNAH TENTANG<br />HARAMNYA NYANYIAN DAN MUSIK]<br />---------------------------<br />Diriwayatkan dari 'Abdurrahman bin Ghanm al Asy'ari, dia berkata, "Abu 'Amir atau Abu Malik al Asy'ari radhiyallahu'anhu telah menceritakan kepadaku, demi Allah, dia tidak berdusta kepadaku, dia telah mendengar Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />'Sungguh, benar benar akan ada di kalangan ummatku sekelompok orang yang menghalalkan kemaluan (zina), sutera, khamr, dan <span style="color: rgb(0, 0, 153);">alat alat musik</span>. Dan beberapa kelompok orang benar benar akan singgah di lereng sebuah gunung dengan binatang ternak mereka, seorang yang fakir mendatangi mereka untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, 'Kembalilah kepada kami pada esok hari.'<br />Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian dari mereka menjadi kera dan babi sampai hari Kiamat."<br /><br />Diriwayatkan oleh al Bukhari secara <span style="color: rgb(0, 0, 153);">mu'allaq dengan lafazh jazm</span> (pasti) (no. 5590/Fathul Baari X/51), Ibnu Hibban (no. 6719), al Baihaqi (X/221), Abu Dawud (no. 4039).<br /><br />Hadits ini <span style="font-weight: bold;">SHAHIH</span>. Karena itulah para imam ahlul hadits menghukumi hadits ini dengan keshahihannya.<br />1. Dishahihkan oleh al Bukhari, Ibnu Hibban, al Barqani, dan Abu 'Abdillah al Hakim.<br />2. Ibnush Shalah mengatakan, "Hadits ini shahih."<br />3. Ibnu Taimiyyah berkata mengenai hadits ini, "Apa yang diriwayatkan oleh al Bukhari adalah shahih."<br />4. Dishahihkan juga oleh al Isma'ili dan Abu Dzarr al Harawi.<br />5. Ibnul Qayyim mengatakan, "Hadits ini shahih."<br />6. An Nawawi berkata, "Hadits ini shahih."<br />7. Ibnu Rajab mengatakan, "Maka hadits ini adalah shahih."<br />8. Ibnu Hajar mengatakan, "Dalam hadits ini shahih, tidak ada cacat dan celaan padanya."<br />9. Asy Syaukani mengatakan, "Hadits ini shahih, diketahui sanadnya yang bersambung berdasarkan syarat ash Shahiih."<br />10. Dan ad Dahlawi mengatakan, "(Sanadnya) bersambung dan shahih."<br /><br /><br /><br />[PENJELASAN PARA ULAMA TENTANG<br />HARAMNYA NYANYIAN DAN MUSIK]<br />-----------------------------<br />3. Imam Abu Hanifah rahimahullaah (wafat th. 150 H).<br />Beliau adalah orang yang sangat membenci nyanyian, dan beliau mengatakan bahwa mendengarkan nyanyian adalah perbuatan dosa. (Talbiis Ibliis (hal. 236)).<br /><br />4. Imam Adh Dhahhak bin Mujahim rahimahullaah (wafat th. 102 H).<br />Beliau mengatakan, "Nyanyian itu merusak hati dan mendatangkan kemurkaan Allah."<br /><br />6. Imam Malik bin Anas rahimahullaah (wafat th. 179 H).<br />Beliau mengatakan, "Nyanyian itu hanyalah dilakukan oleh orang orang fasiq di daerah kami." (al Amru bil Ma'ruuf wan Nahyi 'anil Munkar (no. 165) karya al Khallal).<br /><br />7. Imam asy Syafi'i rahimahullaah (wafat th. 204 H).<br />Beliau mengatakan, "Nyanyian adalah satu permainan yang tidak aku sukai, yang menyerupai kebathilan dan tipu daya. Barang siapa sering melakukannya, maka dia adalah orang yang bodoh dan <span style="color: rgb(102, 51, 102);">persaksiannya ditolak</span>." (Talbiis Ibliis (hal. 236), Ighaatsatul Lahfaan (I/413)).<br /><br />8. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullaah (wafat th. 241 H).<br />Beliau mengatakan, "Nyanyian dapat menumbuhkan kemunafikan di dalam hati. Aku tidak menyukainya." (al Amru bil Ma'ruuf wan Nahyi 'anil Munkar (no. 164) karya al Khallal).<br /><br />14. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullaah (wafat th. 728 H).<br />Beliau mengatakan, "Empat Imam Madzhab berpendapat bahwa semua alat musik adalah haram.... Al Ma'aazif adalah alat alat musik sebagaimana yang disebutkan oleh para pakar bahasa Arab, bentuk jamak dari ma'zifah, yaitu alat yang dibunyikan. Dan tidak ada perselisihan sedikit pun dari pengikut para imam (tentang haramnya alat musik)." (Majmuu' Fataawaa (XI/576)).<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />---------------<br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">Ayat al Qur'an</span> yang menjelaskan haramnya nyanyian dan musik sangat terang dan gamblang. <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Hadits </span>yang menjelaskan tentang haramnya nyanyian dan musik juga sangat terang dan gamblang. Kemudian, <span style="color: rgb(0, 0, 153);">penjelasan para ulama </span>(termasuk empat Imam Madzhab) tentang haramnya nyanyian dan musik juga sangat jelas. Maka dari itu apakah patut berpendapat dengan selain dari pendapat tentang haramnya nyanyian dan musik?<br /><br /><br />Semoga bermanfaat.<br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;">Ringkasan buku ini selesai dibuat<br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Selepas Maghrib sehabis hujan</span></span><br />di Depok, 11 Mei 2009<br />Oleh Abu Isa Hasan Cilandak<br />Semoga Allah mengampuni dirinya<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-70437722471822342922009-04-22T21:14:00.000-07:002009-04-22T21:25:09.660-07:00Polemik Seputar Hukum Lagu dan Musik... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br /><br />Judul : Polemik Seputar Hukum <span style="color:#ff0000;">Lagu dan Musik</span><br />Penulis : Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani<br />Penerjemah : Abu Umar Basyir<br />Penerbit : Darul Haq<br />Cetakan : Pertama, November 2002<br />Halaman : xiv+214<br /><br /><br /><br />Secara garis besar buku ini memuat pembahasan tentang hukum nyanyian dan alat musik, nyanyian tanpa alat musik, madzhab para ulama tentang alat alat musik, hikmah diharamkannya nyanyian dan alat musik, dan lain lain. Pada bagian penutup Syaikh Albani menyinggung tentang lagu yang dikenal pada masa sekarang dengan istilah <span style="color:#009900;">nasyid Islam</span>.<br /><br />Pembahasannya sangat ilmiyah, terlebih lagi pada pembahasan tentang takhrij hadits yang dibawakan Syaikh Albani.<br /><br />Dalam ringkasan ini penulis kutipkan sebagian isi dari buku tersebut dengan meringkasnya. Yaitu dari pasal Hadits Hadits Shahih Tentang Diharamkannya Nyanyian dan Alat Musik dan Hikmah Diharamkannya Nyanyian dan Alat Musik. Semoga bermanfaat bagi Anda.<br /><br />Kemudian, penulis nasehatkan untuk diri penulis dan juga pembaca dengan sebuah ayat (yang artinya):<br /><br />"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka <span style="color:#006600;">tidak merasa keberatan dalam hati mereka</span> terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An Nisa' : 65).<br /><br /><br /><br />[Penuturan Hadits Hadits Shahih Tentang<br />Diharamkannya Nyanyian dan Alat Alat Musik]<br />-------------------------------------------<br /><br />HADITS PERTAMA<br /><br />Dari Abu Amir -atau Abu Malik- Al Asy'ari diriwayatkan bahwa ia menceritakan:<br />"Akan ada sebagian di antara umatku yang menghalalkan zina, sutera dan minuman keras <span style="color:#cc0000;">serta alat-alat musik</span>. Kemudian sebagian di antara kaumku akan ada yang turun di sisi gunung, lalu datang orang yang membawa ternak-ternak mereka dan mendatangi mereka untuk satu keperluan. Mereka berkata: "Datanglah lagi kemari besok. Maka malam itu Allah menghancurkan mereka, Allah meruntuhkan gunung tersebut dan merubah sebagian mereka menjadi kera dan babi hingga hari Kiamat."<br /><br />Diriwayatkan secara muallaq oleh Al Bukhari dalam Shahihnya dengan bentuk ungkapan tegas dan menjadikannya sebagai hujjah dalam kitab Al Asyribah (X: 51: 5590-Fathul Bari). Hisyam bin Ammar menyatakan Shudqah bin Yazid bin Khalid menceritakan sebuah riwayat kepada kami: Abdurrahman bin Yazid bin Jabir telah menceritakan sebuah hadits kepada kami: Athiyah bin Qais Al Killabi telah menceritakan sebuah hadits kepada kami: Abdurrahman bin Ghunm<br />telah menceritakan sebuah riwayat kepadaku. Ia berkata: Abu Amir -Abu Malik- telah menceritakan sebuah riwayat kepada kami-demi Allah, ia tidak berdusta kepadaku- bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda demikian.<br /><br />HADITS KEDUA<br /><br />Dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br />"Ada dua suara terlaknat: <span style="color:#000099;">Seruling </span>ketika ada kenikmatan, dan gemerincing ketika terjadi musibah."<br /><br />Dikeluarkan oleh al Bazzar dalam Musnad-nya (I: 377: 795-Kasyful Astaar). Penulis (Syaikh Albani) katakan: Sanad hadits ini hasan, bahkan shahih setelah melalui proses penyertaan.<br /><br /><br /><br />[Hikmah Diharamkannya Nyanyian dan Alat Musik]<br />-----------------------------------------------<br />Sungguh merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk segera berusaha mentaati Allah. Tidak dibolehkan melalaikannya, hingga mengetahui hikmahnya terlebih dahulu. Karena perbuatan semacam itu termasuk yang bertentangan dengan hakikat keimanan yang artinya adalah berserah diri secara mutlak kepada Allah yang menetapkan syariat.<br /><br />Riwayat paling menakjubkan yang pernah kami dengar dari perjalanan hidup para shahabat, berkaitan dengan sikap mereka yang lebih mementingkan taat kepada Rasulullah, meskipun tidak sesuai dengan keinginan hawa nafsu mereka dan kepentingan pribadi mereka adalah ucapan Zhuhair bin Rafi'.<br /><br />Diriwayatkan bahwa ia menceritakan: "Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam melarang kami terhadap satu perbuatan yang dahulu amat <span style="color:#006600;">BERMANFAAT</span> bagi kami. Namun ketaatan kepada Allah dan RasulNya bagi kami lebih bermanfaat. Beliau melarang kami untuk melakukan muhaqalah (yaitu menjual biji biji tanaman ketika masih di batangnya, dengan gandum atau sejenisnya sebagai pembayarannya) terhadap kebun kami. Maka kamipun menyewakannya dengan bayaran sepertiga, seperempat hasil atau dengan jenis makanan tertentu." Diriwayatkan oleh Muslim dan yang lainnya. Disebutkan takhrijnya dalam al Irwaa' (V: 299).<br /><br />Bentuk ketaatan semacam itu mengingatkan penulis (Syaikh Albani) dengan ketaatan yang membuat <span style="color:#990000;">TERCENGANG</span> para jin yang kemudian beriman. Yakni ketika mereka datang menemui Nabi shallallahu'alaihi wa sallam untuk mendengarkan bacaan shalat beliau pada waktu fajar yang diisyaratkan pada awal surat al Jin:<br /><br />"Katakanlah (hai Muhammad): 'Telah diwahyukan kepadaku bahwasannya: sekumpulan jin telah mendengarkan (al Qur'an), lalu mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengarkan al Qur'an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami." (al Jin: 1-2).<br /><br />Mereka melihat para shahabat beliau melakukan shalat sebagaimana beliau shalat, ruku' sebagaimana beliau ruku', dan bersujud sebagaimana beliau bersujud. Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma berkata: "Mereka <span style="color:#000099;">TERCENGANG</span> melihat ketaatan para shahabat kepada beliau." Diriwayatkan oleh Ahmad (I: 270) dan yang lainnya dengan sanad yang shahih.<br /><br />Maka penulis (Syaikh Albani) nyatakan, dengan taufiq Allah: "Memang benar, diriwayatkan banyak atsar dari kalangan para ulama as Salaf dari kalangan para shahabat dan yang lainnya, yang menunjukkan hikmah diharamkannya musik. Yaitu bahwa nyanyian itu menghalangi berdzikir kepada Allah dan menghalangi untuk taat kepadaNya serta menjalankan kewajiban syari'at. Itu dapat dipahami dari cuplikan firman Allah :"...perkataan yang sia sia...", dari<br />ayat:<br /><br />"Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan." (Luqman: 6).<br /><br />Ayat tersebut diturunkan sehubungan dengan nyanyian dan sejenisnya. Di sini penulis (Syaikh Albani) sebutkan riwayat yang shahih sanadnya:<br /><br />Yang pertama, dari ahli tafsir al Qur'an, Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma diriwayatkan bahwa ia mengungkapkan: "<span style="color:#000099;">Ayat tersebut diturunkan sehubungan dengan nyanyian dan sejenisnya</span>."<br /><br />Yang kedua, dari Abdullah bin Mas'ud diriwayatkan bahwa ia pernah ditanya tentang ayat tersebut di atas. Ia berkata: "Yang dimaksud adalah <span style="color:#993399;">nyanyian</span>. Demi Allah yang tidak ada yang berhak diibadahi secara benar selain Dia." Demikian beliau ulang hingga tiga kali.<br /><br />Yang ketiga, dari Ikrimah diriwayatkan bahwa Syu'aib bin Yasar menceritakan: Aku pernah bertanya kepada Ikrimah tentang ayat: "...perkataan yang sia sia..." Beliau menyatakan: "<span style="color:#009900;">Maksudnya adalah nyanyian.</span>.."<br /><br />Yang keempat, Dari Mujahid dengan lafazh yang sama. Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah (no. 1167, 1179). Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Dunya (IV: 1, V: 2) melalui jalur riwayat yang sebagian diantaranya shahih. Diriwayatkan juga oleh Abu Nu'aim dalam al Hilyah (III: 286). Sementara dalam riwayat Ibnu Jarir melalui jalur Ibnu Juraij, dari Mujahid diriwayatkan bahwa beliau<br />berkata: "Al Lahwu (yang sia sia) artinya adalah: gendang."<br /><br />Di antara atsar atsar dari para ulama as Salaf tentang hikmah diharamkannya lagu dan musik adalah sebagai berikut:<br /><br />Pertama, dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu'anhu bahwa beliau mengungkapkan: "<span style="color:#990000;">Nyanyian itu dapat menumbuhkan kemunafikan dalam hati</span>."<br /><br />Yang kedua, diriwayatkan dari Asy Sya'bi bahwa beliau berkata: "Sesungguhnya nyanyian itu dapat menumbuhkan kemunafikan dalam hati, sebagaimana air menumbuhkan tanaman. Sementara dzikir dapat menumbuhkan keimanan, sebagaimana air menumbuhkan tanaman."<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />---------------<br />Ini adalah satu buku yang lengkap yang membahas seputar lagu dan musik. Bila Anda membaca buku ini -dan saya kira buku Syaikh Albani yang lain- baiknya Anda mulai membacanya dari bagian mukaddimahnya. Karena pada bagian inilah semuanya bermula. Pada bagian mukaddimahnya mengalir argumentasi argumentasi dari Syaikh Albani dan cara Syaikh mempertahankan argumentasinya. Kemudian mengalir ke bagian pembahasan dan penutup. Anda akan berdecak kagum dengan kecerdasan Syaikh Albani dalam mempertahankan argumentasinya.<br /><br />Kemudian, diantara hikmah diharamkannya nyanyian dan musik adalah nyanyian itu dapat menghalangi berdzikir kepada Allah. Banyak kita saksikan di lingkungan kita, orang orang yang mempunyai kegemaran mendengarkan musik. Dipermudah lagi dengan perangkat teknologi sehingga mereka dapat mendengarkan lagu kapan saja dan dimana saja. Beralbum album lagu dapat mereka hapal, tetapi sangat sedikit sekali hafalan al Qur'annya.<br /><br />Maka dari itu bila kita merasa sangat sedikit berdzikir kepada Allah, maka jangan tambah lagi dengan mendengarkan lagu. Tentunya yang sudah sedikit ini akan semakin sedikit lagi berdzikir kepada Allah.<br /><br /><br /><br />Demikian semoga bermanfaat.<br /><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;">Ringkasan buku ini selesai dibuat<br />di Depok, 20 April 2009 jam 20.24<br />oleh hamba yang senantiasa membutuhkan Allah<br />Abu Isa Hasan Cilandak<br />Semoga Allah mengampuni dirinya, orang tuanya dan<br />seluruh kaum muslimin. Amiin.<br /><br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-67541349667539630452009-03-24T22:22:00.000-07:002009-03-24T22:29:21.419-07:00Doa Anak Shalih Kepada Orang Tua... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br /><br />Judul : <span style="color: rgb(51, 51, 0);">Doa Anak Shalih Kepada Orang Tua</span><br />Penulis : Abu Ihsan al Atsari<br />Penerbit : Daar an Nabaa'<br />Cetakan : Pertama, April 2007<br />Halaman : 124<br /><br /><br /><br />Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br />"Apabila seorang anak Adam mati maka terputuslah seluruh amalnya kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau <span style="color: rgb(0, 102, 0);">anak shalih yang selalu mendoakannya.</span>" (Hadits shahih riwayat Muslim (1631)).<br /><br />Oleh karena itu, anak shalih yang selalu mendoakan orang tua merupakan aset penting yang sangat berharga yang selalu dicita citakan oleh para orang tua.<br /><br />Buku saku ini menjelaskan pentingnya anak shalih yang selalu mendoakan orang tuanya. Beragam hal dibahas dalam buku ini, diantaranya adalah:<br />- Birrul walidain<br />- Berbakti kepada kedua orang tua dan mendoakannya merupakan wasiat Allah sesudah wasiat tauhid<br />- Hingga apabila engkau telah berusia empat puluh tahun<br />- Doa doa untuk kedua orang tua dalam al Qur'an<br />- Etika dan waktu yang tepat untuk mendoakan kedua orang tua<br />- Amal amal shalih yang dilakukan anaknya yang shalih<br />- dll<br /><br />Dalam ringkasan ini saya kutipkan sebagian saja dari isi buku itu. Dengan meringkasnya. Semoga bermanfaat buat kaum muslimin.<br /><br /><br /><br />[JERIH PAYAH YANG TIADA SIA SIA]<br />---------------------------<br />Anak adalah anugerah yang agung. Ia merupakan titipan Allah kepada kita, sekaligus menjadi amanah yang harus kita jaga. Demikian halnya tugas sebagai orang tua, mengasuh dan mendidik anak anak, mendampingi serta membimbing mereka. Semua itu harus dilakukan dengan mengharapkan pahala di sisi Allah. Karena anak adalah aset yang tiada ternilai harganya dan merupakan tabungan bagi kedua orang tuanya di akhirat kelak. Pada saat pahala seluruh amalan telah terputus, saat pahala shalat dan puasa tak lagi bisa kita raih. Dikala itu, doa anak yang shalih akan bermanfaat bagi kedua orang tuanya. Demikian pula <span style="color: rgb(51, 51, 255);">ilmu yang bermanfaat</span> yang telah diajarkan kedua orang tua kepada anak anak mereka akan terus mengalirkan pahala bagi keduanya.<br /><br />Sungguh jerih payah yang kita lakukan itu tak akan sia sia. Kita pasti memetik hasilnya di kemudian hari kelak. Sungguh berbahagialah orang tua yang memiliki anak shalih. Maka dari itu, hendaklah ia senantiasa mendoakan anaknya supaya menjadi anak shalih. Allah berfirman (yang artinya):<br /><br />"Dan orang orang yang berkata: 'Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang orang yang bertakwa'." (QS. al Furqan: 74).<br /><br />Dan <span style="color: rgb(51, 102, 102);">orang tua boleh meminta alim ulama</span> atau orang shalih supaya mendoakan anaknya menjadi anak yang shalih, anak yang berbakti kepada orang tuanya. Seperti itulah yang dilakukan oleh para shahabat Nabi dahulu, mereka membawakan anak anak mereka untuk ditahnik dan didoakan oleh Nabi shallallahu'alaihi wa sallam.<br /><br />Diriwayatkan dari Abu Musa al Asy'ari radhiyallahu'anhu, ia berkata: "Ketika aku dikaruniai seorang anak, aku membawanya kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam. Beliau menamakannya Ibrahim, lalu beliau mentahniknya dengan kurma serta mendoakan keberkahan untuknya kemudian beliau serahkan kembali kepadaku." Itulah anak sulung Abu Musa al Asy'ari. (HR. Bukhari dalam kitab al Aqiqah (7645)).<br /><br />Sebagai orang tua kita harus siap berkorban apa saja asalkan anak kita tumbuh menjadi anak yang shalih. Anak yang shalih adalah anugerah sangat besar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala <span style="color: rgb(153, 102, 51);">yang tidak bisa dinilai dengan materi...!</span><br /><br /><br /><br />[ABU HURAIRAH ANAK YANG SHALIH DAN<br />BERBAKTI KEPADA IBUNDANYA]<br />-----------------------------------<br />Mendoakan kedua orang tua bukan hanya ketika mereka sudah wafat, namun juga ketika mereka masih hidup. Dan mendoakan mereka bukan hanya melalui lisan kita, tapi bisa juga dengan cara meminta kepada orang yang shalih supaya mendoakan kebaikan, hidayah dan petunjuk bagi kedua orang tua kita. Usaha maksimal harus ditempuh oleh seorang anak yang berbakti untuk kebaikan dan keshalihan bapak ibunya. Dalam hal ini seorang shahabat Abu Hurairah radhiyallahu'anhu telah memberikan contoh teladan yang baik untuk kita.<br /><br />Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya dari Yazid bin Abdurrahman, ia berkata: "Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bercerita kepadaku:<br />"Dahulu aku mengajak ibuku memeluk Islam, saat itu ia masih musyrik. Pada suatu hari aku pergi mendakwahinya, lalu aku mendengar perkataannya yang tidak mengenakkan tentang Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam. Aku pun menemui Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam sambil berlinang air mata. Kukatakan kepada beliau:<br /><br />"Wahai Rasulullah, aku telah mengajak ibuku memeluk Islam, namun ia menolak ajakanku. Pada suatu hari aku pergi mendakwahinya, lalu aku mendengar perkataannya yang tidak mengenakkan tentang dirimu! <span style="color: rgb(102, 0, 0);">Mohonkanlah </span>kepada Allah semoga memberi hidayah bagi ibuku!"<br /><br />Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam berdoa:<br />"Ya Allah, berilah hidayah bagi ibu Abu Hurairah!"<br /><br />Aku pun keluar dengan perasaan gembira karena doa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam tersebut. Sesampainya di ambang pintu kudapati pintu tertutup. Ibuku ternyata mendengar suara langkahku. Ia berkata:<br />"Tetaplah engkau di tempatmu hai Abu Hurairah!"<br /><br />Aku mendengar suara percikan air dari dalam, ternyata ibuku sedang mandi lalu mengenakan baju kurung dan selendangnya, baru kemudian membukakan pintu, ia berkata:<br /><br />"Hai Abu Hurairah, sesungguhnya aku bersaksi <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Laa ilaaha illallah</span> dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul Nya."<br /><br />Lalu akupun kembali menemui Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam sambil berlinang air mata karena luapan kegembiraan. Aku berkata:<br />"Wahai Rasulullah, sambutlah kabar gembira, doamu telah dikabulkan Allah! Allah telah memberi hidayah bagi ibuku!" Beliau pun memanjatkan segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala sembari mengucapkan perkataan yang baik. Aku berkata:<br /><br />"Wahai Rasulullah, mohonkanlah kepada Allah agar menjadikan segenap kaum mukminin mencintai aku dan ibuku serta menjadikan kami mencintai hamba hamba Nya yang beriman." Maka Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam berdoa:<br /><br />"Ya Allah, jadikanlah hamba Mu ini (yakni Abu Hurairah) dan ibunya orang yang dicintai oleh kaum mukminin dan jadikanlah mereka mencintai orang orang yang beriman!"<br /><br />Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata: "Maka setiap hamba mukmin yang mendengar perihal diriku pasti mencintai diriku meski belum melihatku!" (HR. Muslim (2491)).<br /><br />Sungguh sebuah teladan yang agung dari seorang anak shalih, yang berbakti pada orang tuanya. Cobalah lihat bagaimana kegigihan Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dan usahanya yang pantang menyerah dalam mendakwahi ibunya agar mendapat petunjuk kepada Islam. Hingga ia menempuh jalan yang paling mulia yaitu doa. Dan bukan hanya doanya saja, bahkan ia meminta kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam agar mendoakan ibunya.<br /><br />Cara seperti ini ada baiknya dicontoh oleh siapa saja yang menginginkan kedua orang tuanya mendapat petunjuk kepada Islam dan Sunnah.<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />---------------<br />Buku ini memberikan inspirasi kepada saya setidaknya dalam dua hal penting. Yang pertama adalah <span style="color: rgb(102, 0, 0);">pentingnya memiliki anak yang shalih</span> yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. Kenyataan yang ada pada masyarakat, banyak para orang tua sangat antusias dan berjuang maksimal dalam upayanya menjadikan anak yang pintar. Tetapi mereka lupa atau sedikit sekali<br />perhatiannya untuk membimbing, mempola, dan mendisain anak anaknya agar menjadi anak yang shalih atau shalihah. Padahal anak yang shalih lebih bermanfaat dan dibutuhkan oleh orang tuanya kelak.<br /><br />Yang kedua adalah <span style="color: rgb(51, 51, 0);">pentingnya mendoakan kebaikan untuk kedua orang tua</span>. Harus ada upaya maksimal dari anak untuk mendoakan kedua orang tuanya. Diantaranya dengan minta didoakan kepada orang shalih untuk kebaikan kedua orang tua. Pepatah Arab mengatakan,<br /><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 102, 0);">Sebagaimana engkau berbuat</span><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 102, 0);">Seperti itulah engkau akan diperlakukan</span><br /><br />Bila kita mendoakan orang tua kita, insya Allah nantinya anak anak kita pun akan mendoakan kita pula.<br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;">Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Isa Hasan Cilandak<br /><span style="color: rgb(51, 51, 255);">Semoga Allah mencintai kedua orang tuanya</span><br />di Depok, 19 Maret 2009<br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-74681676727509173232009-03-24T22:13:00.000-07:002009-03-24T22:21:03.334-07:00Jilbab Kok Gitu? Koreksi Jilbab Indonesia... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br /><br />Judul : <span style="color: rgb(102, 102, 0);">Jilbab Kok Gitu?</span> Koreksi Jilbab Indonesia<br />Penulis : Andi Muhammad Arief<br />Penerbit : Maktabah Ta'awuniyah<br />Cetakan : Pertama, Sya'ban 1429 H/2008 M<br />Halaman : 63<br /><br /><br /><br />Allah Jalla wa 'Ala berfirman yang artinya:<br />"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri istrimu, anak anak perempuanmu dan istri istri orang mukmin, 'Hendaklah mereka <span style="color: rgb(153, 0, 0);">menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka</span>.' Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzaab: 59).<br /><br />Ayat di atas memerintahkan kepada para muslimah untuk menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Namun dalam prakteknya banyak para muslimah yang tidak memahami bagaimana memakai jilbab yang benar sesuai aturan Islam. <span style="color: rgb(51, 102, 102);">Berangkat dari ketidaktahuan ini</span>, kita saksikan banyak model jilbab dengan beragam gaya cara pakainya.<br /><br />Buku ini memuat koreksi jilbab yang ada di Indonesia. Ditulis dengan gaya penulisan yang mudah untuk dipahami. Yang dibahas dalam buku ini adalah:<br />- Sempurnakan hijab<br />- Kewajiban berhijab<br />- Bagaimana menutup aurat sesuai syari'at Islam?<br />- Alasan muslimah memakai jilbab<br />- Syubhat sekitar hijab<br />- Jilbab kok gitu?!<br /><br />Bisa jadi salah satu dari kita ada yang terkena koreksi, anggap saja sebagai nasehat dan jangan terburu gerah. Bersyukurlah karena masih ada yang menasehati. Kemudian niatkan hati setahap demi setahap melakukan perubahan ke arah syari'at Islam.<br /><br />Dalam ringkasan ini saya kutipkan sebagian isi dari buku ini dengan meringkasnya. Kekeliruan dalam berjilbab saya kutipkan sebagiannya saja demikian pula penjelasan penjelasan lainnya. Footnote tidak saya sertakan. Semata mata untuk ringkasnya tulisan ini.<br /><br /><br />[BAGAIMANA MENUTUP AURAT SESUAI SYARI'AT ISLAM?]<br />-------------------------------------------------<br />Banyak muslimah yang belum memahami benar bagaimana menutup aurat yang syar'i. Berikut ini akan dijelaskan cara menutup aurat yang syar'i.<br /><br />1. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.<br />2. Tidak tabarruj<br />Yaitu berhias dan berdandan serta bertingkah laku sebagaimana kaum jahiliyah dan kafir. Diantaranya dengan menampakkan bagian bagian tubuh yang seharusnya ditutup dan hanya diperlihatkan kepada suaminya saja.<br /><br />3. Tebal (tidak tipis atau transparan)<br />4. Lebar dan longgar<br />5. Tidak menyerupai pakaian laki laki<br />6. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir<br /><br />7. Bukan pakaian yang menyolok mata<br />Pakaian yang menyolok mata dan aneh akan menjadi pusat perhatian laki laki dan timbulnya fitnah. Masuk di dalamnya pakaian syuhroh (pakaian yang sedang nge-trend dan digandrungi). Semua wanita berlomba lomba memakainya dan ingin diperhatikan oleh orang disekitarnya. Pakaian ini menimbulkan decak kagum, pujian dan menjadikan orang lain iri untuk memakainya.<br /><br />8. Tidak memakai wewangian diluar rumah<br /><br /><br /><br />[JILBAB KOK GITU?!]<br />-------------------<br />Sebagian kesalahan di bawah ini ada yang tidak terlalu fatal namum banyak pula yang sangat fatal. Semakin dekat dengan tuntunan syari'at dalam berbusana maka semakin baik. Semakin jauh dari syari'at maka semakin membutuhkan petunjuk, koreksi dan bimbingan ke arah yang lebih baik.<br /><br />Memang kemampuan, keadaan, ilmu, niat, materi, lingkungan pada masing masing muslimah berbeda sehingga pengalaman pun berbeda. Kelebihan dan kekurangan dari faktor di atas selalu ada. yang memakai kerudung mini tentunya lebih baik dari yang belum memakai. Yang berjilbab lebar lebih baik dari yang berjilbab mini. Yang memakai gamis lebih baik dari yang masih memakai baju dan celana panjang. Semua mempunyai tingkatan dan derajat.<br /><br />Berikut beberapa kekeliruan dan kesalahan yang perlu diluruskan karena banyak sebagian kaum muslimah belum mengetahui atau menyadarinya.<br /><br />1. Menyamakan kerudung dengan jilbab<br /><br />2. Berjilbab <span style="color: rgb(204, 0, 0);">tapi aqidahnya rusak</span><br />Banyak yang menggunakan busana muslimah yang syar'i, tapi masih meyakini dan melakukan perbuatan syirik. Meminta berkah kepada selain Allah seperti kuburan. Bertawassul dengan selain Allah. Meyakini tukang ramal, primbon, feng-shui, dan orang orang yang mengaku mengetahui kejadian yang akan datang seperti jodoh, rezeki, nasib dan sebagainya. Hal ini akan menghancurkan seluruh amal baiknya termasuk pahala berjilbab.<br /><br />Allah berfirman yang artinya:<br />"Jika kamu berbuat syirik maka akan hancur amalanmu dan kamu termasuk orang orang yang merugi." (QS. Az Zumar: 65).<br /><br />3. Kerudung yang sangat ketat<br /><br />4. Memakai baju dan celana ketat<br />Para muslimah hanya beranggapan bahwa menutup aurat adalah menutupi tubuh dengan kain agar tidak terlihat secara langsung. Sehingga apa yang dipakainya masih membentuk tubuhnya yang mengundang syahwat kaum lelaki. Hal ini sama dengan wanita <span style="color: rgb(0, 102, 0);">yang memakai baju selam</span>. Apakah pakaian selam pantas dikatakan berhijab? Semua tubuhnya tertutup ketat kecuali wajah dan telapak tangan. Dada dan lekuk tubuh lainnya terbentuk dengan jelas. Berpakaian dan telanjang sama saja.<br /><br />9. Si anak berjilbab sang ibu menor<br />Ibu muslimah yang berdandan menor mengantar anak sekolah di TK atau SD Islam dengan seragam muslimah yang diwajibkan sekolah. Seharusnya sang ibulah yang wajib berjilbab. Karena kewajiban itu dibebankan kepada wanita baligh.<br /><br />10. Busana muslimah yang mencolok<br /><br />11. Memakai celana panjang<br />Maksudnya adalah benar benar memakai celana panjang sebagai pakaian bawahnya. Sehingga belahan kakinya terbentuk. Namun jika memakai celana panjang kemudian dirangkap dengan gamisnya maka hal itu boleh.<br /><br />26. Kain gamis di atas mata kaki tapi tidak berkaos kaki<br />Kaki bagian bawah termasuk aurat wanita yang wajib ditutup. Namun masih banyak wanita muslimah yang belum mengetahuinya walau sudah berjilbab lebar. Maka hendaknya bagian bawah gamis lebih panjang dan menutup kaki sepenuhnya atau dengan memakai kaos kaki.<br /><br />29. Cara membawa tas yang keliru<br />Muslimah yang sudah memakai jilbab dengan rapi kadang kurang memperhatikan cara membawa tas. Baik tas slempang (dibawa pakai bahu sebelah) atau tas jenis ransel (dibawa di punggung dengan dua slempang di dada). Selempang akan menekan bagian dada karena menahan beban tas sehingga dada akan terbentuk dan menonjol. Hal ini tidaklah patut bagi muslimah. Sebagai solusi, beralihlah dengan menggunakan tas jinjing. Repot sedikit tapi<br />selamat dari fitnah.<br /><br />33. Berkerudung mini, berbaju lengan pendek dengan manset panjang<br /><br />34. <span style="color: rgb(153, 153, 0);">Mematuhi orang tua atau suami sehingga busananya semakin jauh dari yang disyari'atkan</span><br />Banyak muslimah atau para istri yang sudah mantap berhijab, namun ditentang oleh orang tua dan suami mereka. "Jilbab tidak usah lebar lebar, tidak rapi, ribet, kampungan, ketinggalan zaman" dan sebagainya. Bahkan ada yang menyuruh melepaskan jilbabnya. Bertaubatlah wahai para orang tua dan suami, karena Anda akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sedangkan taat kepada makhluk dalam menentang Allah Subhanahu wa<br />Ta'ala hukumnya haram.<br /><br />"Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah." (HSR. Ahmad).<br /><br />36. Tidak memakai manset<br />Manset yang terbuat dari kain kaos dan dikenakan di lengan tangan sangat bermanfaat. Ketika berada di busway atau bus kota dan tangan berada di besi tempat berpegangan, maka tanpa disadari lengan baju akan melorot dan lengan tangan akan terlihat. Sedangkan lengan tangan adalah aurat yang wajib ditutup.<br />Manset berguna menahan turunnya lengan baju karena bersifat kesat. Kalau pun lengan baju melorot ke bawah, maka lengan masih tertutup manset.<br /><br />38. Berhijab tapi kemproh<br />Sebagai muslimah yang cinta kebersihan, kerapian dan keindahan sudah selayaknya perhatian dalam hal ini dan jangan meremehkan. Citra muslimah juga dilihat dari kondisi busananya.<br /><br />39. <span style="color: rgb(204, 0, 0);">Berwudhu di tempat umum dan membuka jilbabnya</span><br />Dengan alasan cuma sebentar dan mendesak, maka aurat pun terbuka ketika berwudhu. Seharusnya mencari tempat wudhu khusus wanita yang tertutup atau berwudhu di dalam kamar mandi.<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />---------------<br />Banyak hal yang perlu dan harus dipelajari oleh kaum muslimin. Tidak boleh berdiam diri dalam ketidaktahuan. Termasuk juga dalam hal berhijab bagi para muslimah. Harus dipelajari bagaimana cara berpakaian yang sesuai syari'at Islam. Kemudian menerapkannya pada diri sendiri.<br /><br />Memang disadari perubahan ke arah aturan Islam perlu proses dan tahapan. Yang berjilbab mini tentunya lebih baik daripada yang tidak berjilbab. Yang berjilbab lebar tentunya lebih baik daripada yang berjilbab mini. Namun harus terus diupayakan perubahan ke arah yang lebih baik sehingga sesuai dengan aturan Islam.<br /><br />Maka <span style="color: rgb(255, 102, 102);">selamat datang para muslimah</span> kepada jilbab yang sesuai syari'at Islam. Kami yakin Allah mencintai kalian dengan upayamu ke arah syari'at Islam.<br /><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;">Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Isa Hasan Cilandak<br />Semoga Allah mencintainya, <span style="color: rgb(255, 102, 102);">mencintai orang tuanya</span>, dan seluruh kaum muslimin<br />Depok, ba'da Ashar, 15 Maret 2009<br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-17574233369027962042009-03-24T22:06:00.000-07:002009-03-24T22:13:13.579-07:00Nafkah Istri... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br /><br />Judul : Nafkah Istri-Hukum Menafkahi Istri dalam Perspektif Islam<br />Penulis : Dr. Muhammad Ya'qub Thalib Ubaidi<br />Penerbit : Darus Sunnah<br />Cetakan : Pertama, Agustus 2007<br />Halaman : 246 halaman<br /><br /><br />Buku ini membahas tentang nafkah istri dalam pandangan Islam secara lengkap. Pemaparannya pun tergolong ilmiyah karena memang pada asalnya buku ini adalah buah dari tesis pada Program Pendidikan Tinggi di Universitas Islam Madinah.<br /><br />Berikut secara garis besar pokok bahasannya:<br />Mukaddimah<br />Bab 1-Nafkah istri<br />A. Nafkah istri dan hukum hukum seputarnya<br />B. Ukuran nafkah istri<br />C. Hal hal yang termasuk nafkah istri<br /><br />Bab 2-Problematika Problematika yang berkaitan dengan nafkah istri<br />A. Permasalahan yang berkaitan dengan nafkah istri<br />B. Istri yang tidak berhak mendapatkan nafkah<br /><br />Bab 3-Nafkah istri yang ditalak dan yang semisalnya<br />A. Istri yang ditalak<br />B. Fasakh (pembatalan) nikah dan dampaknya<br /><br />Penutup<br />A. Nafkah istri menurut sekte sekte agama Nasrani<br />B. Nafkah istri menurut Yahudi<br /><br /><br />Dalam ringkasan ini saya kutipkan sebagian isi dari buku itu. Tentunya dengan meringkasnya.<br /><br /><br />[HUKUM NAFKAH ISTRI DAN DALIL DALILNYA]<br />--------------------------------------<br />Ulama fikih sepakat bahwa hukum memberikan <span style="color: rgb(102, 0, 0);">nafkah untuk istri adalah wajib </span>dilihat dari sisi hukum, dan dampak dari akad nikah yang sah dan juga merupakan salah satu hak dari hak hak yang dimiliki oleh istri dari suaminya sebagai konsekuensi akad nikah yang dianggap sah oleh syari'at.<br /><br />Oleh sebab itu, nafkah wajib atas suami meskipun istrinya orang kaya, baik muslimah atau bukan. Sebab perkara yang mewajibkannya adalah perkawinan yang sah dan hal ini merupakan perkara yang sudah terealisasikan pada seluruh wanita yang bersuami.<br /><br />Dalil dari Al Qur'an.<br />a. Firman Allah (yang artinya):<br />"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah <span style="color: rgb(51, 51, 255);">menurut kemampuannya</span>. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya." (QS. Ath Thalaq: 7).<br /><br />b. Firman Allah (yang artinya):<br />"Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para istri dengan cara yang baik." (QS. Al Baqarah: 233).<br /><br />c. Firman Allah (yang artinya):<br />"Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri istri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka melahirkan." (QS. Ath Thalaq: 6).<br /><br />d. Firman Allah (yang artinya):<br />"Kaum laki laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah melebihkan sebahagian mereka (laki laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka." (QS. An Nisa': 34).<br /><br /><br /><br />[SEBAB SEBAB YANG MEWAJIBKAN UNTUK MENAFKAHI ISTRI]<br />---------------------------------------------------<br />Pendapat yang kuat.<br /><br />Pendapat yang kuat adalah pendapat jumhur ulama yang mengatakan bahwa sebab diwajibkan untuk menafkahi istri adalah <span style="color: rgb(0, 153, 0);">kesiapan seorang istri menyerahkan </span><span style="color: rgb(0, 153, 0);">dirinya kepada suami</span>, bukan sekedar pelaksanaan akad nikah. Ini bersandarkan hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah yang dinikahi oleh Rasulullah ketika masih berumur 6 tahun. Rasulullah menggaulinya dua tahun berikutnya dan tidak pernah diriwayatkan bahwa beliau menafkahi Aisyah sebelum<br />menggaulinya.<br /><br />Adapun pendapat madzhab Hanafi selain Abu Yusuf yang menyatakan bahwa nafkah istri wajib ditanggung oleh suami sejak pelaksanaan akad nikah, dalil mereka bersifat logika saja, bertentangan dengan riwayat dari Rasulullah yang melakukan akad nikah Aisyah dan ia tetap berada bersama orang tuanya selama lebih dari dua tahun dan belum digauli oleh Rasulullah. Ditambah lagi, bahwa dengan akad nikah itu, Aisyah menjadi terikat oleh kepentingan beliau.<br />Seandainya nafkahnya wajib sejak adanya keterikatan itu, tentunya Rasulullah akan memberikan nafkah kepadanya. Dengan tidak adanya pemberian nafkah untuknya sebelum pindah menuju rumah tangga, menunjukkan tidak wajib menafkahi istri sebelum itu. Karena tidak masuk akal, bila Rasulullah yang merupakan suri tauladan dan dari beliaulah syari'at datang, menolak menyampaikan hal yang menjadi kewajiban beliau. Seandainya beliau telah<br />menyerahkan, niscaya beritanya sampai pada kita dan banyak riwayat akan mengeksposnya. Lantaran tidak ada beritanya, ini menunjukkan beliau tidak memberikannya, dan selanjutnya menunjukkan tidak adanya kewajiban.<br /><br />Dengan demikian nampak bahwa pendapat yang kuat adalah menafkahi istri tidak wajib hanya karena pelaksanaan akad nikah.<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />---------------<br />Seorang suami wajib memberi nafkah kepada istrinya meskipun istrinya itu seorang yang kaya. Ternyata urusan nafkah ini banyak hal yang perlu untuk dipelajari, termasuk ukuran pemberian nafkah, apa apa saja yang termasuk nafkah istri, dan rentetan lainnya yang masuk dalam problematika pemberian nafkah.<br /><br />Baiknya buku ini perlu dibaca oleh mereka yang akan menikah dan juga yang telah menikah.<br /><br /><br />Demikian semoga bermanfaat.<br /><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;">Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Isa Hasan Cilandak<br />Semoga Allah mengampuni dirinya, orang tuanya, dan seluruh kaum muslimin<br />Depok, 12 Maret 2009<br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-42142181484586605622009-03-03T20:29:00.000-08:002009-03-03T20:36:29.944-08:00Temui Aku ... Di Telaga!... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br /><br />Judul : <span style="color:#ff6666;">Temui Aku... Di Telaga! </span><br />Penulis : Armen Halim Naro<br />Penerbit : Pustaka Darul Ilmi<br />Cetakan : Pertama, Februari 2008 M<br />Halaman : vi+78<br /><br /><br /><br />Buku ini berisi <span style="color:#006600;">panduan dan motivasi </span>berpegang teguh pada zaman keterasingan. Suatu zaman dimana sedikit orang orang yang berpegang pada al Haq.<br /><br />Dalam ringkasan ini saya kutipkan sebagian isi dari buku tersebut. Dua pasal saja, yaitu tentang hadits ghurbah dan sifat sifat ghuraba' (orang orang yang asing). Hadits yang ada pada buku ini tidak saya sertakan semuanya semata mata untuk ringkasnya tulisan ini.<br /><br /><br /><br /><br />[HADITS GHURBAH (KETERASINGAN)]<br />---------------------------<br />Hadits keterasingan Islam dan kaum muslimin diriwayatkan dari berbagai jalan, baik yang mausul (sampai sanadnya kepada Nabi) maupun munqathi' (yang terputus) dengan beragam lafadz dan bermacam ungkapan.<br /><br />Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu ia berkata: "Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Islam datang dalam keadaan asing, dan akan kembali asing, maka Thuba-lah (<span style="color:#000099;">beruntunglah</span>) bagi orang orang yang asing." [HR. Muslim 2/152 no. 232-145].<br /><br />"Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Islam datang keadaan asing, dan akan kembali asing seperti semula, maka Thuba-lah (beruntunglah) bagi orang orang yang asing." Dia berkata: telah dikatakan siapa ghuraba' (orang orang asing?) Beliau menjawab: "Yang dirampas dari kabilahnya." [HR.<br />Ibnu Majah 2/1320 no. 3988, Darimi (2/211-312), Ahmad (1/398), Berkata Al Albani: Shahih, tanpa ucapan 'berkata' dan 'dikatakan'].<br /><br />"Dalam riwayat Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu'anhuma, Dikatakan: "Siapa mereka, ya Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam?", beliau menjawab: "<span style="color:#006600;">Orang orang yang baik, ketika manusia telah rusak.</span>" [HR. Abu Amr Ad-Dani di Sunan Waridah fil Fitan 1/25, al Ajurri di Ghuraba' hal. 21 dan yang lainnya, silahkan lihat; Silsilah Shahihah 3/267]<br /><br /><br /><br />[SIFAT SIFAT GHURABA' (ORANG ORANG YANG ASING)]<br />-----------------------------------------------<br />Sangat penting kita mengetahui sifat sifat yang dimiliki oleh orang orang yang dipuji dan disanjung oleh Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dalam banyak sabda beliau. Orang yang diceritakan oleh beliau beragama bagai memegang bara, tapi mereka adalah orang yang berbahagia... apa pula gerangan sifat mereka tersebut, orang yang bahagia di saat dia adalah orang yang sengsara... orang yang hidupnya penuh dengan tekanan tapi mereka adalah yang<br />paling lapang hidupnya, paling cerah mukanya.<br /><br />Orang orang ghuraba' pada masa akhir zaman dialah muslim sejati dengan sifat sifat idealnya, sebagaimana mereka dalah muslim yang sebenarnya pada masa awal Islam. Jadi kalau seseorang hendak mencari kebenaran pada diri manusia, carilah pada mereka. Jika seseorang hendak mencari teman senasib dan sepenanggungan, bertemanlah dengan mereka. Jika seorang mencari panutan agar tidak tergelincir pada roda kehidupan, maka jadikanlah mereka sebagai<br />panutan.<br /><br />Dari semua kumpulan hadits tentang mereka maka sifat yang menonjol pada mereka adalah sebagai berikut;<br /><br />Mereka adalah <span style="color:#339999;">orang yang shalih dan taat pada perintah agama</span>. Engkau lihat dia bergerak dan berjalan ataupun diam, dia selalu meletakkan kakinya di atas hudud Allah Subhanahu wa Ta'ala, perhatiannya tidak lepas mana tempat suruhan agar ia laksanakan dan dimana tempat larangan agar ia tinggalkan.<br /><br />Memang perhatiannya yang besar terhadap amar (tempat suruhan) dan nahi (tempat larangan) mengharuskannya untuk menuntut ilmu syariat, karena tidak akan mungkin mengetahui hal itu tanpa memiliki bashirah yang tajam dan ilmu yang mendalam tentang Al Qur'an dan Sunnah.<br /><br />Perbedaannya dengan yang lain adalah dalam hal ini, memang banyak orang yang punya semangat seperti semangatnya, mempunyai niat baik seperti niatnya, akan tetapi sebanyak itu pula mereka tidak dituntun mendapatkan taufiq ilmu, sehingga mereka tergelincir.<br /><br />Keshalihannya menuntunnya untuk mengenal Allah atau menurut sebagian orang, ma'rifah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia tahu benar tempat tempat kemurkaan-Nya sebagaimana ia sangat tahu tempat tempat keridhaan-Nya. Ia tahu apa yang harus ia perbuat ketika ia tergelincir dalam melakukan kesalahan dan maksiat, bagaimana ia kembali dapat merebut kecintaan Allah kepadanya, bahkan ia dapat dengan kesalahan tersebut mendekatkan diri kepadaNya lebih dekat lagi daripada sebelum melakukan kesalahan dan maksiat. Sebagaimana orang tuanya Adam lebih dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala setelah memakan buah khuldi daripada sebelumnya.<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />---------------<br />Saya masih ingat ketika di daerah saya para wanita yang memakai jilbab <span style="color:#ff6600;">masih segelintir</span>. Yang segelintir ini pun diterpa berbagai macam ujian dan cemoohan. Sama halnya dengan perihal memanjangkan jenggot di kalangan laki laki. Satu fenomena menarik yang lainnya adalah semakin banyaknya orang orang yang shalat dan meramaikan masjid. Demikian pula fenomena dari orang orang yang mulai rajin menuntut ilmu agama. Terutama dari kalangan para pemuda. Suatu fenomena yang membanggakan bagi orang orang yang berhati lurus mencintai Islam.<br /><br />Kian hari jumlah mereka pun tidak bisa dibilang berkurang, meski masih sangat jauh dari hitungan <span style="color:#000099;">mayoritas</span>. Tetapi mereka yang minoritas ini termasuk orang orang yang beruntung karena berada di atas al Haq.<br /><br /><br />Demikian ringkasan ini semoga bermanfaat.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;">Ringkasan buku ini dibuat di Depok 16 Februari 2009<br />oleh Abu Isa Hasan Cilandak<br />Semoga Allah menolongnya, menolong para pembela Islam dan kaum muslimin<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-17146629311287004342009-02-11T00:23:00.000-08:002009-02-11T00:34:10.662-08:00Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br /><br />Judul : Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah<br />Penulis : Yazid bin Abdul Qadir Jawas<br />Penerbit : Pustaka At Taqwa<br />Cetakan : Cet. IV, Juni 2008<br />Halaman : xii+303<br /><br /><br /><br />Buku yang ditulis oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas ini memang layak menjadi bingkisan yang istimewa bagi siapa saja yang ingin menuju keluarga sakinah. Isinya berupa panduan panduan tentang pernikahan yang islami. Disertai pula dengan hak hak dan kewajiban yang perlu diperhatikan oleh pasangan suami istri. Juga tentang arahan apa yang harus dilakukan bila sang buah hati lahir. Pada bagian akhir disertakan tentang berbakti kepada kedua orang tua, suatu fundamen yang penting dalam rumah tangga suami istri.<br /><br />Pada ringkasan ini saya kutipkan sebagian isi dari buku tersebut yaitu dari bab Tata Cara Pernikahan Dalam Islam. Hanya sebagian saja. Kemudian footnote pun tidak saya sertakan seluruhnya. Semoga menjadi perhatian bagi para ikhwan dan akhwat yang akan menikah, juga para wali dan orang tua yang anaknya akan menikah. Semoga pernikahannya sesuai dengan aturan Islam dan mendatangkan keberkahan dari Allah Jalla wa 'Ala.<br /><br /><br /><br />[AQAD NIKAH]<br />-------------<br />Dalam aqad nikah ada beberapa <span style="color:#666600;">syarat, rukun dan kewajiban</span> yang harus dipenuhi, yaitu adanya: 1. Rasa suka sama suka dari kedua calon mempelai<br />2. Izin dari wali<br />3. Saksi saksi (minimal dua saksi yang adil)<br />4. Mahar<br />5. Ijab Qabul<br /><br /><br />[WALI]<br />-------------<br />Yang dikatakan wali adalah orang yang paling dekat dengan si wanita. Dan orang yang paling berhak untuk menikahkan wanita merdeka adalah ayahnya, lalu kakeknya, dan seterusnya ke atas. Boleh juga anaknya dan cucunya, kemudian saudara seayah seibu, kemudian saudara seayah, kemudian paman.<br /><br />Ibnu Bathtal rahimahullah berkata, "Mereka (para ulama) ikhtilaf tentang wali. Jumhur ulama -diantaranya adalah Imam Malik, ats Tsauri, al Laits, Imam asy Syafi'i, dan selainnya- berkata, "Wali dalam pernikahan adalah 'ashabah (dari pihak bapak), sedangkan paman dari saudara ibu, ayahnya ibu, dan saudara saudara dari pihak ibu tidak memiliki hak wali."<br /><br />Disyaratkan adanya wali bagi wanita. Islam mensyaratkan adanya wali bagi wanita sebagai penghormatan bagi wanita, memuliakan dan menjaga masa depan mereka. Walinya lebih mengetahui daripada wanita tersebut. Jadi bagi wanita, wajib ada wali yang membimbing urusannya, mengurus aqad nikahnya. <span style="color:#006600;">Tidak boleh bagi seorang wanita menikah tanpa wali</span>, dan apabila ini terjadi maka tidak sah pernikahannya.<br /><br />Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br /><br />"Siapa saja wanita yang menikah tanpa seizin walinya, maka nikahnya bathil (tidak sah), pernikahannya bathil, pernikahannya bathil. Jika seseorang menggaulinya, maka wanita itu berhak mendapatkan mahar dengan sebab menghalalkan kemaluannya. Jika mereka berselisih, maka sulthan (penguasa) adalah wali bagi wanita yang tidak mempunyai wali." (Hadits shahih:<br />Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2083). Hadits ini dishahihkan Syaikh al Albani dalam kitabnya Irwaa-ul Ghaliil (no. 1840)).<br /><br />Persyaratan adanya wali <span style="color:#336666;">ini berlaku bagi gadis maupun janda</span>. Artinya, apabila seseorang gadis atau janda menikah tanpa wali, maka nikahnya tidak sah.<br /><br />Tidak sahnya nikah tanpa wali tersebut berdasarkan hadits hadits di atas yang shahih dan juga berdasarkan dalil dari al Qur'anul Karim.<br /><br />Allah Ta'ala berfirman (yang artinya):<br /><br />"Dan apabila kamu menceraikan istri istri (kamu), lalu sampai masa 'iddahnya, maka jangan kamu (para wali) halangi mereka menikah (lagi) dengan calon suaminya, apabila telah terjalin kecocokan di antara mereka dengan cara yang baik. Itulah yang dinasehatkan kepada orang orang di antara kamu yang beriman kepada Allah dan hari Akhir. Itu lebih suci bagimu dan lebih<br />bersih. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui." (QS. al Baqarah: 232).<br /><br />Ayat di atas memiliki asbaabun nuzul (sebab sebab turunnya ayat), yaitu satu riwayat berikut ini. Tentang firman Allah: "<span style="color:#ff0000;">MAKA JANGANLAH KAMU (PARA WALI) MENGHALANGI MEREKA</span>," al Hasan al Bashri rahimahullah berkata, Telah menceritakan kepadaku Ma'qil bin Yasar, sesungguhnya ayat ini turun berkenaan dengan dirinya. Ia berkata,<br /><br />"Aku pernah menikahkan saudara perempuanku dengan seorang laki laki, kemudian laki laki itu menceraikannya. Sehingga ketika masa 'iddahnya telah berlalu, laki laki itu (mantan suami) datang untuk meminangnya kembali. Aku katakan kepadanya, 'Aku telah menikahkan dan mengawinkanmu (dengannya) dan aku pun memuliakanmu, lalu engkau menceraikannya. Sekarang engkau datang untuk meminangnya?! Tidak! Demi Allah, dia tidak boleh kembali kepadamu selamanya! Sedangkan ia adalah laki laki yang baik, dan wanita itu pun menghendaki rujuk (kembali) padanya. Maka Allah menurunkan ayat ini: 'MAKA JANGANLAH KAMU (PARA WALI) MENGHALANGI MEREKA,' Maka aku berkata, 'Sekarang aku akan melakukannya (mewalikan dan menikahkannya) wahai Rasulullah.'"<br /><br />Kemudian Ma'qil menikahkan saudara perempuannya kepada laki laki itu. (Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al Bukhari (5130).<br /><br />Hadits Ma'qil bin Yasar ini adalah hadits yang shahih dan sharih (jelas). Hadits ini merupakan sekuat kuatnya hujjah dan dalil tentang disyaratkannya wali dalam akad nikah. Artinya TIDAK SAH NIKAH TANPA WALI, BAIK GADIS MAUPUN JANDA. Dalam hadits ini, Ma'qil bin Yasar yang berkedudukan sebagai wali telah menghalangi pernikahan antara saudara perempuannya yang akan ruju' dengan mantan suaminya, padahal keduanya sudah sama sama ridha. Lalu Allah<br />Ta'ala menurunkan ayat yang mulia ini (al Baqarah ayat 232) agar para wali jangan menghalangi pernikahan mereka. Jika wali bukan syarat, bisa saja keduanya menikah, baik dihalangi atau pun tidak. <span style="color:#000099;">Kesimpulannya, WALI SEBAGAI SYARAT SAHNYA NIKAH</span>.<br /><br /><br /><br />[KEHARUSAN MEMINTA PERSETUJUAN WANITA SEBELUM PERNIKAHAN]<br />--------------------------------------------------------<br />Apabila pernikahan tidak sah kecuali dengan adanya wali, maka <span style="color:#000099;">merupakan kewajiban juga meminta persetujuan dari wanita yang berada di bawah perwaliannya</span>. Apabila wanita tersebut seorang janda, maka diminta persetujuannya (pendapatnya). Sedangkan jika wanita tersebut seorang gadis, maka diminta juga ijinnya dan diamnya merupakan tanda ia setuju.<br /><br />Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />"Seorang janda tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diminta perintahnya. Sedangkan seorang gadis tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diminta ijinnya," Para shahabat berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah ijinnya?"<br />Beliau menjawab, "Jika ia diam saja."<br /><br />Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma bahwasannya ada seorang gadis yang mendatangi Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dan mengadu bahwa ayahnya telah menikahkannya, sedangkan ia tidak ridha. Maka Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam menyerahkan pilihan kepadanya (apakah ia ingin meneruskan pernikahannya, ataukah ia ingin membatalkannya). (Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2096)).<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />---------------<br />Tidak sah nikah tanpa wali baik gadis maupun janda. Wali merupakan syarat sahnya nikah.<br />Pada sisi yang lain seorang wali pun tidak boleh sewenang wenang. Seorang wali wajib meminta persetujuan wanita yang berada di bawah perwaliannya. Berkata Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullah dalam salah satu tulisannya,<br /><br />"Demikian juga hendaknya menjadi <span style="color:#000099;">pelajaran kepada setiap bapak agar lebih bijak</span> dalam menikahkan anak-anak perempuannya. Karena masalah <span style="color:#009900;">hati tidak bisa dipaksakan</span>, walaupun badan dipaksa dan terpaksa mengikutinya. Karena sebagaimana laki laki, maka wanita pun dalam masalah ini mempunyai hak yang sama dalam menentukan pilihannya. ... Apatah lagi dia hanya seorang wanita, dimana Nabi yang mulia telah memerintahkan kepada kita untuk berpesan dan berwasiat baik baik kepada mereka." (Abdul Hakim bin Amir Abdat, Al Masaa-il, Jilid 7, Darus Sunnah, Masalah 204, Cet. I, Oktober 2006, hal. 185-186).<br /><br /><br /><br />Demikian semoga bermanfaat.<br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;">Depok, 05 Februari 2009<br />Ringkasan buku ini dibuat oleh<br />seorang hamba yang selalu mengharap ampunan Rabb-nya Abu Isa Hasan Cilandak<br /><span style="color:#cc0000;">Semoga Allah menolongnya, menolong para pembela Islam dan menolong kaum muslimin</span><br /><br /></span><span style="font-size:85%;"></span>Unknownnoreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-56481534213805479022009-02-11T00:12:00.002-08:002009-02-11T00:21:03.465-08:00Bekal Bekal Menuju Pernikahan... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br /><br />Judul : Bekal-Bekal Menuju Pernikahan<br />Penulis : DR. 'Abdul 'Azhim bin Badawi al Khalafi<br />Penerbit : Media Tarbiyah<br />Cetakan : Cet. I, Agustus 2007<br />Halaman : 80<br /><br /><br /><br />Buku ini menjelaskan hal hal yang perlu diketahui untuk menjadi bekal menuju pernikahan. Tentang hukum pernikahan, kriteria calon istri dan suami yang baik, melihat wanita yang dilamar, <span style="color:#ff6666;">meminang</span>, akad nikah, wajibnya meminta izin si wanita, mahar, dll.<br /><br />Dalam ringkasan ini akan saya kutipkan sebagian dari isi buku tersebut sebagai gambaran isinya. Tentunya dengan meringkasnya. Kemudian footnote pun tidak saya sertakan seluruhnya.<br /><br /><br /><br />[Melihat Wanita yang Dilamar]<br />---------------------------<br />Barangsiapa ingin meminang seorang perempuan, maka <span style="color:#cc66cc;">dianjurkan melihatnya </span>terlebih sebelum memutuskan untuk melamar. Landasan dalilnya adalah hadits Muhammad bin Maslamah, ia berkata, "Aku meminang seorang perempuan. Aku lantas mengendap endap untuk mengintipnya. Saat itu, kulihat ia sedang berada di dekat pohon kurma miliknya.<br /><br />Lalu ada yang berkata padaku, 'Apakah pantas engkau melakukan ini, padahal engkau adalah Shahabat Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam?' Aku pun menjawab, "Aku mendengar Rasululllah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya),<br /><br />'Jika Allah telah menumbuhkan keinginan meminang wanita pada hati seorang pria, <span style="color:#ffcccc;">maka tidak mengapa melihatnya</span>.'" (Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1510)].<br /><br />Dari al Mughirah bin Syu'bah, ia berkata,<br />"Aku menemui Nabi shallallahu'alaihi wa sallam lalu kuceritakan pada beliau tentang wanita yang akan kupinang. Beliau pun bersabda (yang artinya),<br /><br />'Pergi dan lihatlah dia. Karena yang seperti itu <span style="color:#ff0000;">lebih mengekalkan hubungan kalian</span>.'" (Shahih: [Shahiih Sunan at Tirmidzi (no. 868)].<br /><br /><br /><br />[Saatnya Meminang]<br />-------------------<br />Meminang (<span style="color:#ff6666;">khitbah</span>) artinya <span style="color:#ff0000;">meminta kesediaan wanita untuk dinikahi </span>dengan cara yang telah dikenal masyarakat. Jika setuju, maka itu sekedar janji untuk nikah. Karena itu, wanita tadi sama sekali belum halal bagi si pelamar. Status wanita tadi sama dengan wanita lain yang bukan mahramnya hingga dilaksanakan akad nikah.<br /><br /><span style="color:#ff0000;">Tidak halal bagi seorang muslim meminang wanita yang sudah dilamar saudara muslimnya yang lain</span>. Hal ini berdasarkan ucapan Ibnu 'Umar yang berbunyi, "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kalian membeli barang yang sedang dibeli saudara kalian. Beliau juga melarang seorang laki laki meminang wanita yang dilamar saudaranya. Kecuali si pelamar eninggalkannya<br />atau si pelamar mengizinkan laki laki tadi." (Shahih: [Shahiih Sunan an Nasa-i (no. 3037)].<br /><br /><br /><br />[Wajibnya Meminta Izin Si Wanita]<br />-----------------------------------<br />Jika pernikahan tidak sah tanpa adanya wali, maka sebelum menikahkan, <span style="color:#ff0000;">WAJIB bagi wali meminta izin wanita yang menjadi tanggungannya</span>. Jika si wanita tidak rela, wali tidak boleh memaksanya menikah. Jika akad nikah tetap dilaksanakan, maka wanita tadi berhak mengajukan pembatalan akad.<br /><br />Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya),<br /><br />Wanita janda tidak boleh dinikahkan kecuali setelah dimintai pendapat. Dan seorang gadis tidak boleh dinikahkan kecuali setelah dimintai izin." Para shahabat bertanya, "Bagaimana tanda persetujuannya?" Beliau pun menjawab, "Apabila ia diam saja." (Muttafaq 'alaih: [Shahiih al Bukhari (Fat-hul Baari (IX/191, no. 5136)].<br /><br />Dari Khansa' binti Khaddam al Anshariyyah, ia mengatakan bahwa ayahnya menikahkan dirinya yang telah menjanda, padahal ia tidak menyetujuinya. Ia pun lantas menemui Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dan beliau pun tidak mengakui (tidak sah-pent) pernikahannya. (Shahih: [Irwaa ul Ghaliil (no. 1830)], Shahiih al Bukhari (Fathul Baari (IX/194, no. 5138).<br /><br />Dari 'Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, "Ada seorang gadis menemui Nabi shallallahu'alaihi wa sallam. Dia mengadukan ayahnya yang menikahkan dirinya, padahal dia tidak menyukainya. Kemudian Nabi shallallahu'alaihi wa sallam memberikan hak untuk memilih kepada wanita tersebut. (Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1520)].<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />---------------<br />Jalan untuk menikah memerlukan bekal. Yaitu bekal ilmu agar kita tidak salah pilih dan tidak salah dalam melangkah. Buku ini memberikan gambaran awal mengenai bekal bekal yang harus dipersiapkan menuju pernikahan agar bisa terbentuk keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Yang pada gilirannya bisa menghasilkan generasi yang shalih dan shalihah. Generasi yang baik hanya bisa dihasilkan oleh keluarga yang juga baik.<br /><br />Semoga dari keluarga keluarga yang baik bisa membentuk ummat yang baik. Ummat yang mempunyai izzah (kemuliaan) dihadapan ummat yang lainnya.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;">Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Isa Hasan Cilandak<br />di Depok, 31 Januari 2009 jam 14.37</span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-2640313247749256802009-02-10T23:56:00.000-08:002009-02-11T00:11:55.784-08:00Sifat Tidur Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br /><br />Judul : <span style="color:#3333ff;">Sifat Tidur Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam </span><br />Penulis : Abu 'Abdillah bin Luqman Al Atsari<br />Penerbit : Media Tarbiyah<br />Cetakan : ke-2, Mei 2007<br />Halaman : 77<br /><br /><br />Buku ini memuat adab adab yang perlu diperhatikan oleh seorang muslim ketika tidur. Ada banyak adab adab yang perlu diketahui. Dalam ringkasan ini saya kutipkan sebagiannya saja sebagai gambaran dari isi buku. Tentunya dengan meringkasnya. Sebagian footnote pun hanya saya kutipkan sebagian saja, tidak seluruhnya.<br /><br /><br /><br />[ADAB ADAB TIDUR]<br />---------------------------<br />4. Tidur di awal malam<br /><br />6. Menutup pintu, mematikan api dan lampu<br />Perintah mematikan api dan lampu sebelum tidur adalah tindakan preventif sebelum terjadi kebakaran, apabila aman dari kebakaran -seperti keadaan lampu lampu masa kini- maka tidaklah mengapa menghidupkannya. (Lihat Syarah Muslim [XIII/163]).<br /><br />7. menutup tempat makanan dan minuman<br />8. Berwudhu'<br />9. <span style="color:#006600;">Mengebuti tampat tidur </span><br />10. Shalat witir sebelum tidur<br />14. Tidur dengan berbaring ke sisi kanan<br /><br />17. Membaca ayat Al Qur'an sebelum tidur<br />Dianjurkan bagi setiap orang yang hendak tidur untuk membaca ayat ayat Al Qur'an terlebih dahulu, diantaranya:<br />a. Membaca ayat kursi<br />b. Membaca surat al Ikhlas, al Falaq, an Naas<br />c. Membaca dua ayat terakhir dari surat al Baqarah<br />d. membaca surat <span style="color:#006600;">Al Mulk (at Tabaraak) </span>dan surat As Sajdah<br /><br />18. Membaca do'a sebelum tidur<br />Banyak sekali doa sebelum tidur yang telah diajarkan Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam, di antaranya:<br /><br />"Bismika amuutu wa ahyaa"<br />"Ya Allah, dengan menyebut Nama Mu aku mati dan hidup". (HR. Al Bukhari (no. 6312)).<br /><br />20. <span style="color:#ff99ff;">Mimpi</span> <span style="color:#3366ff;">Basah</span><br />Apabila kita bermimpi hingga keluar mani maka wajib untuk mandi. Hal ini berlaku bagi laki laki maupun wanita. Hal ini berdasarkan hadits dari Ummul Mukminin Ummu Salamah radhiyallahu'anha, ia berkata, "Telah datang Ummu Sulaim -istri Abu Thalhah- kepada Rasulullah seraya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu dari kebenaran, maka apakah seorang wanita wajib mandi jikalau dia mimpi basah?" Rasulullah menjawab,<br />"Ya, apabila dia mendapati air (mani)." (HR. Al Bukhari no. 282).<br /><br />Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, "Apabila seseorang bermimpi tetapi tidak mengeluarkan mani, maka tidak wajib baginya untuk mandi." (Al Mughni [1/26]).<br /><br />Syaikh Muhammad bin Shalih al 'Utsaimin rahimahullah berkata, "Apabila seseorang bangun dan mendapati basah pada badan atau pakaiannya maka hal ini tidak lepas dari tiga keadaan:<br /><br />Pertama: Yakin bahwa yang keluar adalah mani, maka wajib mandi baik dia ingat mimpinya maupun tidak.<br />Kedua: Yakin bahwa yang keluar bukan mani, dalam keadaan seperti ini maka tidak wajib mandi, akan tetapi cucilah apa yang terkena najis, karena hukumnya seperti air kencing.<br />Ketiga: Tidak mengetahui apakah yang keluar itu mani atau bukan. Apabila ada indikasi yang menunjukkan bahwa itu mani, maka hukumnya dibawa ke hukum mani, apabila tidak, maka kembali ke asal yaitu tidak wajib mandi." (Asy Syarhul Mumti' [I/335]).<br /><br />23. Do'a ketika bangun tidur<br />Ketika bangun dari tidur hendaklah kita berdo'a:<br /><br />"Alhamdulillaa hil ladzii ahyaanaa ba'da maa amaa tanaa wa ilaihinnusyuur"<br />"Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah sebelumnya mematikan kami dan hanya kepada Nya kami akan dibangkitkan." (HR. Al Bukhari no. 6312).<br /><br />24. Hal hal yang dilakukan saat bangun tidur<br />- Mengusap bekas tidur yang ada di wajah maupun di tangannya.<br />- Bersiwak<br />- Be-istintsaar<br />Yaitu mengeluarkan atau menyemburkan air dari hidung sesudah menghirupnya.<br /><br />- Mencuci kedua tangan tiga kali<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />---------------<br />Subhanallah! Tidur punya etika dan adab adab yang perlu diketahui oleh seorang muslim. Maka dari itu perlu bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu. Harus menuntut ilmu, karena banyak hal yang memang perlu diketahui agar kita kaum muslimin bisa hidup sesuai aturan Islam. Bukankah hal hal seperti ini perlu dipelajari dan diketahui oleh setiap muslim? Maka dari itu jangan malu malu untuk menuntut ilmu agama Islam. <span style="color:#3333ff;">Agar tidur kita pun bisa berbuah<br />pahala</span>.<br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;">Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Isa Hasan Cilandak<br />Seorang yang selalu mengharap pertolongan Allah.<br />Semoga ini termasuk <span style="color:#ff0000;">menolong agama Allah</span>.<br />Depok, Jum'at mubarak 30 Januari 2009 </span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-29731453855110978252009-01-12T01:22:00.000-08:002009-01-12T01:28:58.799-08:00Keajaiban Sedekah... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br /><br />Judul : Keajaiban Sedekah<br />Penulis : Abu Abdillah bin Luqman Al Atsari<br />Penerbit : Media Tarbiyah<br />Cetakan : ke-1, Feb 2008<br />Halaman : 80<br /><br /><br />Buku yang ringkas ini berbicara banyak hal tentang pernak pernik sedekah. Mulai dari maknanya, keutamaannya,adab bersedekah, dll berikut kisah kisah ajaib seputar sedekah.<br /><br />Berikut saya kutipkan sebagian isi dari buku tersebut dengan meringkasnya.<br /><br /><br /><br /><br />[ADAB BERSEDEKAH]<br />-------------------<br />Pertama: <span style="color: rgb(255, 0, 0);">Luruskan niat!</span><br />Hendaklah yang dicari hanyalah wajah Allah semata, bukan karena riya' atau ingin dipuji manusia dengan dikatakan dermawan.<br /><br />Kedua: Harus dari harta yang halal!<br />Ketiga: Sedekah dengan harta yang paling dicintai<br /><br />Keempat: Mendahulukan kerabat terdekat<br />Sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam (yang artinya):<br />"Sedekah kepada orang miskin mendapat satu sedekah, dan sedekah kepada saudara kerabat mendapat dua pahala; pahala sedekah dan pahala menyambung tali silaturahmi." (HR. Ahmad (IV/18). Syaikh Al Albani menyatakan hadits ini hasan dalam al Irwaa' (no. 883)).<br /><br />Kelima: Jangan sembarangan memberi orang<br /><br />Keenam: Menyembunyikan sedekah<br />Sebisa mungkin hendaknya bagi orang yang sedekah untuk menyembunyikan sedekahnya, kecuali apabila menampakkan sedekah membawa mashlahat yang kuat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya):<br /><br />"Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka hal itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya, dan kamu berikan kepada orang orang fakir, maka <span style="color: rgb(0, 102, 0);">menyembunyikan itu lebih baik lagi bagimu</span>. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Baqarah: 271).<br /><br /><br />Ketujuh: Keluarkan sedekah walaupun sedikit<br />Kedelapan: Tunaikan zakat yang wajib!<br /><br />Kesembilan: Lembut kepada fakir miskin dan <span style="color: rgb(102, 0, 0);">jangan diungkit ungkit!</span><br />Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya):<br />"Orang orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Al Baqarah: 262).<br /><br />Imam al Qurthubi rahimahullah mengatakan, "Orang orang yang menyebut nyebut pemberiannya biasanya dari orang yang pelit. Orang yang pelit selalu merasa besar dengan apa yang diberikannya sekalipun sedikit!".<br /><br /><br />Kesepuluh: Jangan rakus dengan harta dan dunia yang fana!<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />---------------<br />Menyembunyikan sedekah itu lebih baik. Lebih terbebas dari riya'. Tidak banyak orang yang tahu. Sehingga sedekah yang diberikan secara tersembunyi menjadi rahasia antara dirinya dan Allah Jalla wa 'Ala.<br /><br />Banyak kisah kisah para salafush Shalih yang bersedekah secara tersembunyi. Contoh yang bagus adalah yang saya ambil dari buku "<span style="color: rgb(0, 102, 0);">Kebeningan Amal Tersembunyi</span>" karya Walid bin Sa'id Bahkam penerbit Darul Falah. Inilah kisahnya:<br /><br />Dari Abu Hamzah Ats Tsumaly, bahwa Ali bin Al Husain membawa roti di atas punggungnya pada malam hari lalu mencari orang-orang miskin di kegelapan malam. Dia berkata, "Sesungguhnya shadaqah yang diberikan pada kegelapan malam dapat memadamkan kemurkaan Allah."<br /><br />Dari Muhammad bin Ishaq, dia berkata, "Penduduk Madinah hidup dengan makanan itu, sementara mereka tidak tahu siapa yang telah memberi makanan itu kepada mereka. Setelah Ali bin Husain meninggal dunia, maka mereka tidak lagi mendapatkan makanan pada malam hari."<br /><br />Dari Amr bin Tsabit, dia berkata, "Setelah Ali bin Al Husain meninggal dunia, orang-orang melihat bekas punggungnya, yaitu bekas kantong makanan yang biasa dia panggul untuk diberikan kepada para wanita janda."<br /><br />Syaibah bin Nu'amah berkata, "Setelah Ali bin Al Husain meninggal dunia, orang-orang mendapatkan seratus keluarga yang dia santuni. Karena itulah dia dianggap orang bakhil. Pasalnya, dia menyalurkan infaq secara rahasia, sementara keluarganya mengira dia menumpuk dirham. Sebagian diantara mereka berkata, "Kami tidak pernah kehilangan shadaqah yang diberikan secara sembunyi-sembunyi hingga Ali meninggal dunia."<br /><br />Terima kasih kepada seorang sahabat yang telah menghadiahkan buku "Kebeningan Amal Tersembunyi" kepada saya, semoga Allah memberi balasan yang lebih baik.<br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;">Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Isa Hasan Cilandak<br />tanggal 10 Jan 2009 saat kambuh maag yang kedua<br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">May Allah preserves him well</span><br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-54610311016508067992009-01-06T20:33:00.000-08:002009-01-06T20:45:10.624-08:00Masa Depan Islam - Silsilah Hadits Shahih I... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br /><br />Judul : Masa Depan Islam - Silsilah Hadits Shahih Jilid I<br />Penulis : Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani Rahimahullah<br />Penerjemah : Drs. H. M. Qodirun Nur<br />Penerbit : Qisthi Press<br />Cetakan : Pertama, April 2005<br />Halaman : xvi+560<br /><br /><br /><br />Tulisan ini sangat perlu untuk diresapi oleh para pemuda Islam dan mereka yang bersemangat untuk membantu tegaknya Islam. Ini adalah kutipan yang insya Allah sangat berfaedah dari buku Silsilah Hadits Shahih Jilid Pertama pada bagian awalnya. Karya besar seorang ulama besar Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani Rahimahullah. <span style="color:#ff0000;">Kami mencintainya</span>, semoga kecintaan ini menjadi tanda bahwa kami adalah ahlussunnah wal jam'aah.<br /><br />Tulisan beliau <span style="color:#cc0000;">sangat inspiratif dan sangat memotivasi </span>mereka yang peduli dengan Islam. Berikut ini saya kutipkan dari bagian awal Silsilah Hadits Shahih dengan meringkasnya.<br /><br /><br /><br />[M A S A D E P A N I S L A M]<br />------------------------------------<br />Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman (yang artinya):<br /><br /><span style="color:#009900;">"Dia lah yang telah mengutus Rasul Nya (dengan membawa) petunjuk (al Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan Nya atas segala agama, walaupun orang orang musyrik tidak menyukainya." (QS. At Taubah: 33). </span><br /><br />Kita patut merasa gembira dengan janji yang telah diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui firman Nya itu, bahwa Islam dengan kearifan dan kebijaksanaannya mampu mengalahkan agama agama lain. Namun tidak sedikit yang mengira bahwa janji tersebut telah terwujud pada masa Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam, masa Khulafaur Rasyidin, dan pada masa masa khalifah sesudahnya yang bijaksana. Padahal kenyataannya tidak demikian. Yang sudah terealisasi saat itu hanyalah sebagian kecil dari janji di atas, sebagaimana diisyaratkan oleh Rasul Shallallahu'alaihi wa sallam, melalu sabdanya (yang artinya):<br /><br />"Malam dan siang tidak akan sirna sehingga al Lata dan al 'Uzza telah disembah. Lalu Aisyah bertanya: "Wahai Rasul, sungguh aku mengira bahwa tatkala Allah menurunkan firman Nya: 'Dia lah yang telah mengutus Rasul Nya (dengan membawa) petunjuk (al Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan Nya atas segala agama walaupun orang orang musyrik tidak menyukai', hal itu telah sempurna (realisasinya)." Beliau menjawab: "<span style="color:#ff0000;">Hal itu akan terealisasi<br />pada saat yang ditentukan oleh Allah.</span>"<br /><br />Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Imam yang lain. Saya (Syaikh Albani) telah mentakhrijnya di dalam kitab saya Tahdziru as Sajid min Ittikhadzi al Qubur Masajida. (Peringatan Bagi yang Sujud untuk Menjadikan Makam sebagai Masjid) (hal: 122).<br /><br />Banyak hadits hadits lain yang menjelaskan masa kemenangan Islam dan tersebarnya di berbagai penjuru. Dari hadits hadits itu tidak dapat diragukan lagi bahwa kemenangan Islam di masa depan semata mata atas izin pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan catatan harus tetap kita perjuangkan, itu yang penting.<br /><br />Tidak diragukan lagi bahwa tersebarnya agama Islam kembali kepada umat Islam sendiri. Oleh karena itu mereka harus memiliki kekuatan moral, material dan <span style="color:#ff0000;">persenjataan</span> hingga mampu melawan dan mengalahkan kekuatan orang orang kafir dan orang orang durhaka. Inilah yang dijanjikan oleh Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam:<br /><br />Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Qubai. Ia menuturkan: "(Pada suatu ketika) kami bersama Abdullah ibn Amr ibn Al Ash. Dia ditanya tentang mana yang akan terkalahkan lebih dahulu, antara dua negeri, Konstantinopel atau Romawi.<br /><br />Kemudian ia meminta petinya yang agak lusuh. Lalu ia mengeluarkan sebuah kitab." Abu Qubail melanjutkan kisahnya: Lalu Abdullah menceritakan: "Suatu ketika, kami sedang menulis di sisi Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam.<br /><br />Tiba tiba beliau ditanya: "Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?" Beliau menjawab: "<span style="color:#ff0000;">Kota Hiraclius lah yang akan terkalahkan lebih dulu.</span>" Maksudnya adalah Konstantinopel.<br /><br />Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (II/176), ad Darimi (I/126), Ibnu Abi Syaibah dalam al Mushan (II/47, 153), Abu Amr ad Dani di dalam as Sunan al Waridah fi al Fitan (Hadits Hadits tentang Fitnah), al Hakim (III/422 dan IV/508) dan Abdul Ghani al Maqdisi dalam Kitabul 'Ilmi (II/30). Abdul Ghani bahwa hadits itu hasan sanadnya. Sedangkan Imam al Hakim menilainya sebagai hadits shahih. Penilaian al Hakim itu disetujui oleh Imam adz Dzahabi.<br /><br />Kata Rumiyyah dalam hadits di atas maksudnya adalah Roma, ibu kota Italia sekarang ini, sebagaimana bisa kita lihat di dalam Mu'jam al Buldan (Ensiklopedi Negara).<br /><br />Sebagaimana kita ketahui, bahwa kemenangan pertama ada di tangan <span style="color:#000066;">Muhammad al Fatih Al Utsmani</span>. Hal itu terjadi lebih dari delapan ratus tahun setelah Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam menyabdakan hadits di atas. <span style="color:#ff0000;">Kemenangan kedua pun akan segera terwujud atas seizin Allah Subhanahu wa Ta'ala</span>, sebagaimana firman Nya (yang artinya):<br /><br />"Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita al Qur'an setelah beberapa waktu lagi." (QS. Shaad: 88).<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />---------------<br />Hadits di atas, sebagaimana diterangkan oleh Syaikh Albani, menjelaskan akan adanya kemenangan Islam yang kedua yang segera terwujud dengan izin Allah Jalla wa 'Ala. Dengan catatan harus diperjuangkan dan umat Islam <span style="color:#ff0000;">harus kembali kepada agama Islam</span>, mempelajari dan memegangi ajaran Islam. Tentu saja Islam yang dimaksud adalah Islam dengan cara beragamanya pada Shahabat yang mereka memegangi Islam secara murni tanpa penambahan dan pengurangan. Hal ini diterangkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani Rahimahullah dalam tulisannya yang lain yaitu dalam tulisan di bawah judul 'Menyongsong<br />Fajar Kemenangan Islam' penerbit Media Tarbiyah.<br /><br />Semoga nasehat Syaikh Albani ini menyentuh hati hati para pemuda pemudi Islam. Nasehat ini semoga juga membangkitkan semangat para ikhwah dari keterpurukan yang dengannya dia yakin bahwa Islam masih membutuhkannya. Masih banyak yang bisa dilakukan untuk Islam.<br /><br />Semoga anak keturunan kita nantinya ada yang mengambil peran dalam menyongsong kemenangan yang kedua, sehingga janji janji Allah menjadi terwujud. Amiin ya Rabbal 'alamin.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;">Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Isa Hasan Cilandak<br /><span style="color:#cc0000;">27 Desember 2008 yang penuh hikmah,</span> </span><br /><span style="font-size:85%;">kami berbaik sangka kepada Mu ya Rabb<br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-82667399857279115112009-01-06T20:20:00.000-08:002009-01-06T20:29:48.206-08:00Jagalah Allah, Niscaya Allah Menjagamu... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br /><br />Judul : Wasiat Nabi kepada Ibnu 'Abbas<br />Penulis : Yazid bin Abdul Qadir Jawas<br />Penerbit : Pustaka at Taqwa<br />Cetakan : kedua, Februari 2008<br />Halaman : vi+110<br /><br /><br />Buku ini menjelaskan wasiat Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam kepada seorang anak muda yang bernama Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma. Banyak wasiat yang diberikan oleh Rasulullah kepadanya. Diantaranya adalah <span style="color:#006600;">wasiat untuk menjaga Allah</span>.<br /><br />Pada ringkasan ini hanya saya kutipkan sebagian wasiat yang dijelaskan di buku tersebut. Tidak semuanya. Yaitu hanya wasiat untuk menjaga Allah. Saya kutipkan dengan meringkasnya.<br /><br /><br /><br />[JAGALAH ALLAH!!]<br />---------------------------<br /><span style="color:#336666;">Maksudnya menjaga batas batas Allah, hak hak Nya, serta menjaga perintah perintah dan larangan larangan Nya</span>. Yang dimaksud dengan menjaga batas batas Allah adalah dengan melaksanakan hal hal yang diwajibkan dan meninggalkan hal hal yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, serta menjaga hak hak Allah, sedangkan hak Allah yang terbesar atas para hamba Nya adalah mereka beribadah hanya kepada Nya dan tidak menyekutukan Nya dengan sesuatu dan bentuk apa pun. Inilah asas amal, yaitu tauhid kepada Allah Ta'ala.<br /><br />Orang orang yang menjaga batas batas Allah adalah orang orang yang terpuji. Allah telah menyebutkan hal ini dalam firman Nya (yang artinya):<br /><br />"Mereka itu adalah orang orang yang bertaubat, yang beribadat, memuji (Allah), yang mengembara (demi ilmu dan agama), yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan <span style="color:#006600;">yang memelihara hukum hukum Allah</span>. Dan gembirakanlah orang orang mu'min itu." (At Taubah: 112).<br /><br />Melalui ayat ini, Allah Ta'ala menjelaskan bahwa orang orang yang menjaga batas batas Allah termasuk orang orang yang beriman dan orang orang yang dijanjikan memperoleh Surga. Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman (yang artinya):<br /><br />"Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) pada setiap hamba yang <span style="color:#006600;">selalu kembali (kepada Allah)</span> lagi memelihara (semua peraturan peraturan Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Rabb Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat." (QS. Qaaf: 32-33).<br /><br />Makna "hafiizh" di sini bermakna "haafizh", yaitu orang orang yang menjaga (melaksanakan) perintah perintah Allah atau orang orang yang menjaga diri dari dosa dosanya dengan selalu bertaubat kepada Allah.<br /><br /><br /><br />[ALLAH AKAN MENJAGAMU]<br />-----------------------<br />Hal ini termasuk balasan dari jenis amal (al jazaa' min jinsil 'amal) seperti firman Allah Ta'ala (yang artinya):<br /><br />"Dan penuhilah janjimu kepada Ku, niscaya Aku penuhi janji Ku kepadamu; dan hanya kepada Ku lah kamu harus tunduk (patuh)." (QS. Al Baqaraah: 40).<br /><br />Juga dalam firman Nya (yang artinya):<br />Karena itu, ingatlah kamu kepada Ku niscaya Aku akan ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat Ku." (QS. Al Baqarah: 152).<br /><br />Penjagaan Allah kepada para hamba Nya yang selalu menjaga batas batas Nya ada dua macam:<br /><br />Pertama,<br />Allah akan menjaga para hamba Nya dalam masalah / <span style="color:#ff0000;">urusan duniawinya</span>. Seperti penjagaan Allah atas badan, harta, anak, dan keluarga dari para hamba Nya.<br /><br />Allah Ta'ala berfirman (yang artinya):<br />"Bagi manusia ada Malaikat Malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah." (QS. Ar Ra'd: 11).<br /><br />Allah akan menjaga anak keturunan orang orang shalih yang menjaga batas batas Nya, sebagaimana firman Nya (yang artinya):<br /><br />"Dan ayah kedua (anak ini) adalah orang shalih." (QS. Al Kahfi: 82).<br /><br />Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, "Di dalam (ayat ini) terdapat dalil bahwa <span style="color:#000099;">seorang yang shalih akan senantiasa dijaga keturunannya oleh Allah</span>, juga mencakup barakah ibadahnya untuk mereka (anak keturunannya) di dunia dan di akhirat."<br /><br />Dengan kata lain, seorang anak akan dijaga oleh Allah Ta'ala dengan sebab ibadah orang tuanya.<br /><br /><br />Kedua,<br />Bahwa Allah akan menjaga para hamba Nya dalam masalah/urusan <span style="color:#666600;">agama dan keimanannya</span>, menjaga dirinya dari syubhat syubhat dan dari bid'ah bid'ah yang menyesatkan, serta Allah akan menjaganya dari syahwat yang diharamkan. Allah akan menjaga agamanya hingga ia meninggal dunia dalam keadaan memeluk agama Islam.<br /><br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />---------------<br />Dari penjelasan ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas di buku ini, kita mengetahui bahwa yang dimaksud dengan menjaga Allah adalah dengan menjaga batas batas Allah, hak hak Nya, serta menjaga perintah perintah Nya dan larangan larangan Nya. Kita harus berupaya semaksimal mungkin semampu kita, disertai dengan meminta pertolongan Nya agar bisa menjaga batas batas Nya.<br /><br />Dan bila kita sudah menjaga Allah maka Allah akan menjaga kita.<br /><br /><span style="color:#ff0000;">Dan Allah akan menjaga anak keturunan orang orang shalih yang menjaga batas batas Nya</span>.<br /><br /><br />Demikian semoga bermanfaat.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;">Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Isa Hasan Cilandak<br />Jum'at mubarak, 26 Desember 2008 ketika maag dan gejala tipes<br /><span style="color:#cc0000;">Semoga Allah mencintai saya<br /></span></span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-29788948.post-16307473195457198252009-01-06T18:33:00.000-08:002009-01-06T18:43:05.679-08:00Kisah Umar bin Abdul Aziz... Ringkasan Buku ...<br />http://buku-islam.blogspot.com<br /><br /><br /><br />Judul : Kisah-Kisah Teladan <span style="color:#cc0000;">Umar bin Abdul Aziz </span><br />Penulis : Syaikh Usamah Na'im Musthafa<br />Penerbit : Daar An Naba'<br />Halaman : 192<br /><br /><br /><br />Buku ini memuat kisah kisah teladan dari seorang khalifah Umar bin Abdul Aziz. Seorang khalifah dari Bani Umayyah yang <span style="color:#000099;">paling melarat</span>. Beliau memerintah dengan adil selama sekitar 29 bulan. Pada masanya seluruh rakyatnya hidup makmur.<br /><br />Beliau wafat pada tahun 101 Hijriyah pada hari Jum'at di Hams dalam usia tiga puluh sembilan tahun enam bulan.<br /><br />Berikut ini saya kutipkan sebagian dari kisah kisah tersebut. Semoga bisa <span style="color:#336666;">menginspirasi</span> para pembaca untuk meneladani perjalanan hidup Umar bin Abdul Aziz.<br /><br /><br /><br />[Kisah Tentang Pakaian Umar yang Hanya Satu]<br />---------------------------------------------<br />Maslamah bin Abdul Malik mengisahkan:<br />Suatu hari saya masuk ke kamar Umar bin Abdul Aziz yang sedang sakit untuk menjenguknya. Saat itu, saya melihatnya memakai baju yang lusuh, maka akupun berkata kepada Fatimah (istrinya), "Hai Fatimah binti Abdul Malik... hai Fatimah, cucilah pakaian Amirul Mukminin ini."<br /><br />Fatimah menyahut, "Insya Allah kami akan melakukannya."<br /><br />Kemudian saya kembali, namum keadaan pakaian tersebut masih tetap seperti semula. Maka akupun kembali berkata kepada Fatimah, "Hai Fatimah, bukankah aku sudah menyuruhmu untuk mencuci pakaian Amirul Mukminin? Sebab orang-orang akan menjenguknya."<br /><br />Fatimah menjawab, "Demi Allah, <span style="color:#006600;">dia tidak mempunyai baju lagi selain itu.</span>"<br /><br /><br /><br />[Kisah Umar Bersama Salah Seorang Keluarganya<br />Dalam Masalah Buah Apel dan Penyuapan]<br />-------------------------------------------<br />Amir bin Muhajir mengisahkan bahwa suatu hari Umar bin Abdul Aziz ingin sekali makan apel. Lalu salah seorang lelaki dari anggota keluarganya menghadiahkan apel kepadanya.<br /><br />Umar berkata, "Betapa harum dan enaknya apel ini." Setelah itu, dia berkata, "Wahai pelayan, kembalikan apel itu kepada orang yang telah memberikannya dan sampaikan salam kepada tuanmu, katakan kepadanya: "Hadiahmu telah sampai kepadaku sebagaimana yang engkau inginkan.'"<br /><br />Saya (Amir bin Muhajir) pun berkata, "Wahai Amirul Mukminin, yang memberikan ini adalah anak lelaki pamanmu yang adalah salah seorang lelaki dari keluargamu. Bukankah engkau juga sudah mendengar kalau Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam juga memakan hadiah yang diberikan kepadanya?"<br /><br />Umar berkata, "Celaka kamu. Hadiah pada masa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam adalah memang benar benar hadiah, <span style="color:#663333;">sedangkan hadiah pada hari ini bagi kami adalah penyuapan.</span>"<br /><br /><br /><br />[Kisah Orang Terkaya di Masa Kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz]<br />--------------------------------------------------------------<br />Seorang anak lelaki Zaid bin Al Khathab mengisahkan:<br />Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah selama dua setengah tahun. Dia meninggal dunia disaat rakyat semua dalam keadaan sejahtera, sampai sampai saat seorang lelaki datang kepada kami untuk menyerahkan harta yang banyak dengan pesan, "Bagikan harta ini kepada orang yang kamu anggap miskin", maka kami tidak menemukannya. Dia terus menerus mencari orang miskin, namun tetap saja tidak menemukan sehingga dia kembali lagi sambil membawa hartanya.<br /><br />Saat dia berniat memberikan hartanya kepada orang yang biasa membagikannya (amil zakat) kepada para fakir miskin, ternyata dia sudah tidak menemukannya sehingga diapun kembali sambil membawa harta yang ingin dia bagikan.<br /><br />Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membuat manusia merasa berkecukupan (menjadi kaya) melalui kekuasaan Umar bin Abdul Aziz.<br /><br /><br />[PERSONAL VIEW]<br />---------------<br />Khalifah Umar bin Abdul Aziz hidup dalam kesederhaan yang amat sangat. Padahal beliau adalah seorang khalifah, amirul mukminin, seorang pemimpin negara dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas, tetapi kehidupannya sangat sederhana. Amat jarang pemimpin yang seperti ini.<br /><br />Saya pernah membaca pada sebuah harian ibu kota yang mengulas kehidupan seorang pemimpin di negara <span style="color:#999900;">Amerika Latin</span>. Wartawannya berdecak kagum dengan kesederhanaan pemimpin negara tersebut. Sayangnya dia tidak melihat kehidupan para pemimpin Islam yang adil seperti Umar bin Abdul Aziz. Bila dia melihatnya, tentu dia akan lebih berdecak kagum dengan kehidupan Umar bin Abdul Aziz. Seorang khalifah yang hanya mempunyai satu baju yang tidak bisa dicuci karena hanya itu yang dia punya.<br /><br />Kemudian beliau meninggalkan rakyatnya dalam keadaan berkecukupan hidup makmur. Seperti beliau lah seharusnya profil seorang pemimpin sejati.<br /><br />Ya Allah, semoga suatu saat <span style="color:#cc0000;">akan lahir putera Islam </span>yang memimpin dengan adil seperti Umar bin Abdul Aziz. Semoga ada anak cucu keturunan kita yang menjadi pemimpin yang adil. Semoga Allah mengabulkan do'a ini.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;">Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Isa Hasan Cilandak<br /><span style="color:#009900;">Di akhir tahun 2008 yang penuh hikmah</span>, kami berbaik sangka kepada Mu, ya Rabb..<br />Semoga Engkau <span style="color:#ff0000;">mengokohkan kami..<br /></span></span>Unknownnoreply@blogger.com1