Senarai Cara Berbakti kepada Orang Tua yang Telah Wafat
https://buku-islam.blogspot.com/
Berbakti kepada orang tua tidak hanya dilakukan pada masa hidupnya. Setelah orang tua wafat, seorang anak tetap harus berbakti kepada keduanya. Inilah caranya.
[1]. Bersungguh-sungguh dalam beramal ketaatan kepada Allah.
Setiap amal shalih yang dikerjakan anak, maka orang tua akan mendapatkan pahalanya meskipun tidak diperuntukkan kepada mereka. Allah Ta'ala berfirman,
وَاَنۡ لَّيۡسَ لِلۡاِنۡسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ
"Dan bahwa seseorang itu tidak akan memperoleh (kebaikan) kecuali dari hasil usahanya sendiri." (An Najm: 39).
Bahwa seorang tidak akan mendapat pahala atau ganjaran kecuali atas hasil usahanya sendiri. Sedangkan anak adalah masuk ke dalam usaha orang tua bahkan sebaik-baik usaha mereka. (Abdul Hakim bin Amir Abdat, Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk yang Dinanti, Darul Qalam cet. III, 2004).
[2]. Bersedekah atas nama orang tuanya yang telah wafat.
Dari Aisyah radhiallahu'anha, bahwa ada seorang lelaki yang berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
إِنَّ أُمِّيَ افْتُلِتَتْ نَفْسَهَا وَلَمْ تُوصِ، وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ، أَفَلَهَا أَجْرٌ، إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ تَصَدَّقْ عَنْهَا
"Sesungguhnya ibuku wafat dengan tiba-tiba dan saya kira kalau sekiranya beliau sempat berbicara niscaya beliau akan bersedekah, maka apakah beliau akan mendapat pahala kalau saya bersedekah untuknya, dan saya pun akan mendapat pahala?"
Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Ya, bersedekahlah untuknya (yakni atas namanya)." (Hadits shahih riwayat Bukhari no. 1388 dan 2760, dan Muslim 3/81, 82 dan 5/73).
Hadits ini tegas sekali bahwa sedekah anak untuk orang tuanya yang telah wafat sampai pahalanya kepada orang tua dan anak yang bersedekah pun akan mendapat pahala. (Abdul Hakim bin Amir Abdat, Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk yang Dinanti, Darul Qalam cet. III, 2004).
[3]. Membayar puasa nazar orang tua (bukan puasa wajib).
عَنْ عَائِشَةَ ـ رضى الله عنها ـ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ " مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ "
Dari Aisyah radhiyallahu'anha: Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda,
"Barang siapa yang mati meninggalkan puasa hendaklah walinya (anaknya) menggantikan puasanya. (HR. Bukhari no 1952).
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Datang seorang wanita kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan ia bertanya, "Ya Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah wafat dan ia mempunyai hutang puasa nazar, apakah boleh aku berpuasa untuknya (yakni untuk membayar puasa nazarnya)?"
Jawab Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, "Bagaimana pendapatmu kalau sekiranya ibumu mempunyai hutang lalu engkau bayar hutang tersebut, apakah hutang tersebut terlunasi darinya?"
Jawab wanita itu, "Ya".
Bersabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, "Maka puasalah untuk ibumu, karena hutang kepada Allah lebih berhak untuk ditunaikan." (HR. Bukhari no. 1953 dan Muslim 3/155-156).
[4]. Menunaikan nazar haji orang tua yang telah wafat dan belum membayar nazarnya.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ـ رضى الله عنهما ـ أَنَّ امْرَأَةً، مِنْ جُهَيْنَةَ جَاءَتْ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَتْ إِنَّ أُمِّي نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ، فَلَمْ تَحُجَّ حَتَّى مَاتَتْ أَفَأَحُجُّ عَنْهَا قَالَ " نَعَمْ. حُجِّي عَنْهَا، أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ أَكُنْتِ قَاضِيَةً اقْضُوا اللَّهَ، فَاللَّهُ أَحَقُّ بِالْوَفَاءِ ".
Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya ada seorang wanita dari (suku) Juhainah datang kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam lalu ia bertanya, "Sesungguhnya ibuku bernazar haji, akan tetapi sampai wafat ia belum menunaikan haji (nazarnya), maka apakah boleh aku menghajikannya (untuk membayar nazar hajinya)?"
Jawab Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, "Ya, hajikanlah untuknya! Bagaimana pendapatmu kalau sekiranya ibumu mempunyai hutang apakah engkau akan melunasinya? Tunaikahlah hak Allah! Karena (hak) Allah lebih berkah untuk ditunaikan." (HR. Bukhari no. 1852).
[5]. Menunaikan haji orang tua yang telah wafat (haji fardhu).
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : بَيْنَا أَنَا جَالِسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ أَتَتْهُ امْرَأَةٌ فَقَالَتْ : إِنِّي تَصَدَّقْتُ عَلَى أُمِّي بِجَارِيَةٍ وَإِنَّهَا مَاتَتْ فَقَالَ : وَجَبَ أَجْرُكِ ، وَرَدَّهَا عَلَيْكِ الْمِيرَاثُ ، قَالَتْ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّهُ كَانَ عَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرٍ أَفَأَصُومُ عَنْهَا ؟ قَالَ : صُومِي عَنْهَا ، قَالَتْ : إِنَّهَا لَمْ تَحُجَّ قَطُّ أَفَأَحُجُّ عَنْهَا ؟ قَالَ : حُجِّي عَنْهَا . رواه مسلم
Dari Abdullah bin Buraidah radhiallahu anhu, dia berkata, ketika kami duduk di sisi Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, tiba-tiba ada seorang wanita datang dan bertanya, 'Sesungguhnya saya bersedekah budak untuk ibuku yang telah meninggal.'
Beliau bersabda, 'Engkau mendapatkan pahalanya dan dikembalikan engkau warisannya.'
Dia bertanya, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya beliau mempunyai (tanggungan) puasa sebulan, apakah saya puasakan untuknya?'
Beliau menjawab, 'Puasalah untuknya.'
Dia bertanya lagi, 'Sesungguhnya ibuku belum pernah haji sama sekali, apakah (boleh) saya menghajikan untuknya?'
Beliau menjawab, 'Hajikanlah untuknya.' (HR. Muslim, 1149).
[6]. Mendoakan dan memohon ampunan untuknya.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
"Apabila seseorang mati, seluruh amalnya akan terputus kecuali 3 hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim, Nasai dan yang lainnya).
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam juga bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى لِيْ هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat kedudukannya di Surga kelak. Ia pun bertanya, "Bagaimana hal ini (bisa terjadi)?" Maka dijawab: "Lantaran istighfar anakmu untukmu." (HR. Ibnu Majah).
[7]. Menyambung silaturahmi dengan saudara-saudara orang tua.
[8]. Memuliakan teman orang tua semasa hidup.
Ibnu Dinar meriwayatkan, 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma pernah berkata bahwa ada seorang lelaki Badui bertemu dengan Ibnu Umar di tengah perjalanan menuju Makkah. Kemudian 'Abdullah bin 'Umar memberi salam dan mengajaknya untuk naik ke atas keledainya serta memberikan sorban yang dipakai di kepalanya.
Ibnu Dinar berkata kepada Ibnu Umar, "Semoga Allah memberikan kebaikan kepadamu, sesungguhnya orang itu adalah orang Badui dan sebenarnya ia diberi sedikit saja sudah senang."
'Abdullah bin 'Umar berkata, "Sesungguhnya ayah Badui tersebut adalah kenalan baik (ayahku) Umar bin Al-Khattab. Sedangkan saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ
"Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya." (HR. Muslim no. 2552).
Demikian semoga bermanfaat untuk menolong orang tua yang telah wafat dalam rangka berbakti kepada keduanya. Kami mengutip dari buku yang penuh manfaat yang berjudul Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk yang Dinanti, Penerbit Darul Qalam cet. III, 2004, karya ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullah. Dan dengan penambahan dari sumber yang lain.
--------
Disusun oleh
Abu Maryam Chandra
di Bogor
Pagi hari 5 Dzulhijjah 1446 H/1 Juni 2025 MSelanjutnya...
Berbakti kepada orang tua tidak hanya dilakukan pada masa hidupnya. Setelah orang tua wafat, seorang anak tetap harus berbakti kepada keduanya. Inilah caranya.
[1]. Bersungguh-sungguh dalam beramal ketaatan kepada Allah.
Setiap amal shalih yang dikerjakan anak, maka orang tua akan mendapatkan pahalanya meskipun tidak diperuntukkan kepada mereka. Allah Ta'ala berfirman,
وَاَنۡ لَّيۡسَ لِلۡاِنۡسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ
"Dan bahwa seseorang itu tidak akan memperoleh (kebaikan) kecuali dari hasil usahanya sendiri." (An Najm: 39).
Bahwa seorang tidak akan mendapat pahala atau ganjaran kecuali atas hasil usahanya sendiri. Sedangkan anak adalah masuk ke dalam usaha orang tua bahkan sebaik-baik usaha mereka. (Abdul Hakim bin Amir Abdat, Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk yang Dinanti, Darul Qalam cet. III, 2004).
[2]. Bersedekah atas nama orang tuanya yang telah wafat.
Dari Aisyah radhiallahu'anha, bahwa ada seorang lelaki yang berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
إِنَّ أُمِّيَ افْتُلِتَتْ نَفْسَهَا وَلَمْ تُوصِ، وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ، أَفَلَهَا أَجْرٌ، إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ تَصَدَّقْ عَنْهَا
"Sesungguhnya ibuku wafat dengan tiba-tiba dan saya kira kalau sekiranya beliau sempat berbicara niscaya beliau akan bersedekah, maka apakah beliau akan mendapat pahala kalau saya bersedekah untuknya, dan saya pun akan mendapat pahala?"
Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Ya, bersedekahlah untuknya (yakni atas namanya)." (Hadits shahih riwayat Bukhari no. 1388 dan 2760, dan Muslim 3/81, 82 dan 5/73).
Hadits ini tegas sekali bahwa sedekah anak untuk orang tuanya yang telah wafat sampai pahalanya kepada orang tua dan anak yang bersedekah pun akan mendapat pahala. (Abdul Hakim bin Amir Abdat, Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk yang Dinanti, Darul Qalam cet. III, 2004).
[3]. Membayar puasa nazar orang tua (bukan puasa wajib).
عَنْ عَائِشَةَ ـ رضى الله عنها ـ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ " مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ "
Dari Aisyah radhiyallahu'anha: Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda,
"Barang siapa yang mati meninggalkan puasa hendaklah walinya (anaknya) menggantikan puasanya. (HR. Bukhari no 1952).
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Datang seorang wanita kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan ia bertanya, "Ya Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah wafat dan ia mempunyai hutang puasa nazar, apakah boleh aku berpuasa untuknya (yakni untuk membayar puasa nazarnya)?"
Jawab Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, "Bagaimana pendapatmu kalau sekiranya ibumu mempunyai hutang lalu engkau bayar hutang tersebut, apakah hutang tersebut terlunasi darinya?"
Jawab wanita itu, "Ya".
Bersabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, "Maka puasalah untuk ibumu, karena hutang kepada Allah lebih berhak untuk ditunaikan." (HR. Bukhari no. 1953 dan Muslim 3/155-156).
[4]. Menunaikan nazar haji orang tua yang telah wafat dan belum membayar nazarnya.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ـ رضى الله عنهما ـ أَنَّ امْرَأَةً، مِنْ جُهَيْنَةَ جَاءَتْ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَتْ إِنَّ أُمِّي نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ، فَلَمْ تَحُجَّ حَتَّى مَاتَتْ أَفَأَحُجُّ عَنْهَا قَالَ " نَعَمْ. حُجِّي عَنْهَا، أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ أَكُنْتِ قَاضِيَةً اقْضُوا اللَّهَ، فَاللَّهُ أَحَقُّ بِالْوَفَاءِ ".
Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya ada seorang wanita dari (suku) Juhainah datang kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam lalu ia bertanya, "Sesungguhnya ibuku bernazar haji, akan tetapi sampai wafat ia belum menunaikan haji (nazarnya), maka apakah boleh aku menghajikannya (untuk membayar nazar hajinya)?"
Jawab Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, "Ya, hajikanlah untuknya! Bagaimana pendapatmu kalau sekiranya ibumu mempunyai hutang apakah engkau akan melunasinya? Tunaikahlah hak Allah! Karena (hak) Allah lebih berkah untuk ditunaikan." (HR. Bukhari no. 1852).
[5]. Menunaikan haji orang tua yang telah wafat (haji fardhu).
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : بَيْنَا أَنَا جَالِسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ أَتَتْهُ امْرَأَةٌ فَقَالَتْ : إِنِّي تَصَدَّقْتُ عَلَى أُمِّي بِجَارِيَةٍ وَإِنَّهَا مَاتَتْ فَقَالَ : وَجَبَ أَجْرُكِ ، وَرَدَّهَا عَلَيْكِ الْمِيرَاثُ ، قَالَتْ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّهُ كَانَ عَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرٍ أَفَأَصُومُ عَنْهَا ؟ قَالَ : صُومِي عَنْهَا ، قَالَتْ : إِنَّهَا لَمْ تَحُجَّ قَطُّ أَفَأَحُجُّ عَنْهَا ؟ قَالَ : حُجِّي عَنْهَا . رواه مسلم
Dari Abdullah bin Buraidah radhiallahu anhu, dia berkata, ketika kami duduk di sisi Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, tiba-tiba ada seorang wanita datang dan bertanya, 'Sesungguhnya saya bersedekah budak untuk ibuku yang telah meninggal.'
Beliau bersabda, 'Engkau mendapatkan pahalanya dan dikembalikan engkau warisannya.'
Dia bertanya, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya beliau mempunyai (tanggungan) puasa sebulan, apakah saya puasakan untuknya?'
Beliau menjawab, 'Puasalah untuknya.'
Dia bertanya lagi, 'Sesungguhnya ibuku belum pernah haji sama sekali, apakah (boleh) saya menghajikan untuknya?'
Beliau menjawab, 'Hajikanlah untuknya.' (HR. Muslim, 1149).
[6]. Mendoakan dan memohon ampunan untuknya.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
"Apabila seseorang mati, seluruh amalnya akan terputus kecuali 3 hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim, Nasai dan yang lainnya).
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam juga bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى لِيْ هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat kedudukannya di Surga kelak. Ia pun bertanya, "Bagaimana hal ini (bisa terjadi)?" Maka dijawab: "Lantaran istighfar anakmu untukmu." (HR. Ibnu Majah).
[7]. Menyambung silaturahmi dengan saudara-saudara orang tua.
[8]. Memuliakan teman orang tua semasa hidup.
Ibnu Dinar meriwayatkan, 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma pernah berkata bahwa ada seorang lelaki Badui bertemu dengan Ibnu Umar di tengah perjalanan menuju Makkah. Kemudian 'Abdullah bin 'Umar memberi salam dan mengajaknya untuk naik ke atas keledainya serta memberikan sorban yang dipakai di kepalanya.
Ibnu Dinar berkata kepada Ibnu Umar, "Semoga Allah memberikan kebaikan kepadamu, sesungguhnya orang itu adalah orang Badui dan sebenarnya ia diberi sedikit saja sudah senang."
'Abdullah bin 'Umar berkata, "Sesungguhnya ayah Badui tersebut adalah kenalan baik (ayahku) Umar bin Al-Khattab. Sedangkan saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ
"Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya." (HR. Muslim no. 2552).
Demikian semoga bermanfaat untuk menolong orang tua yang telah wafat dalam rangka berbakti kepada keduanya. Kami mengutip dari buku yang penuh manfaat yang berjudul Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk yang Dinanti, Penerbit Darul Qalam cet. III, 2004, karya ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullah. Dan dengan penambahan dari sumber yang lain.
--------
Disusun oleh
Abu Maryam Chandra
di Bogor
Pagi hari 5 Dzulhijjah 1446 H/1 Juni 2025 MSelanjutnya...